Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Banda Naira The Curse of the Spice Island

30 Juni 2011   11:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:03 511 1
Banda Neira adalah gugusan pulau-pulau kecil yang terletak disebelah Tenggara pulau Ambon propinsi Maluku dan termasuk dalam wilayah kabupaten Maluku Tengah. Di Indonesia ada tiga daerah yang menggunakan nama Banda didepan more picturenama daerah tersebut, seperti Banda Aceh di ujung utara Sumatera, Banda Neira di Maluku Tengah dan Banda Eli di Maluku Tenggara. Namun yang paling terkenal dengan sebutan nama “Banda”, hanyalah Banda Neira. Banda Neira adalah kota tua yang penuh kenangan dan bagian dari sejarah dunia internasional yang tidak terlupakan. Neira adalah ibu kota kecamatan Banda, kota yang telah berumur lima abad, sebuah kota tua yang menyimpan misteri suka dan duka bagi semua penduduknya, kota yang oleh sejarawan asing disebut sebagai “een klein Europeesche Stad in Zuid-Oost Azie atau group dari kota-kota eropa yang dimiliki Asia Tenggara. Buah pala sebagai komoditi utama kepulauan Banda, adalah legenda yang menyimpan rakhmat sekaligus petaka bagi orang Banda. Dalam perekonomian Dunia pada abad ke-15 sampai dengan awal abad ke-19 yang mengkonsentrasikan pada perdagangan rempah-rempah, ternyata buah pala telah mengangkat nama Banda sebagai kota internasional, sekaligus juga membawa orang Banda dalam petaka yang berkepanjangan. Semua penderitaan orang Banda pada saat itu berpangkal pada buah pala. Rakyat Banda menjadi korban-korban tak berdaya dalam tangan besi imperialis Belanda. Puluhan Ribu rakyat Banda dibantai oleh Jan Pieterszoon Coen dan pasukannya dalam aksi perampasan terhadap hak-hak rakyat Banda ketika itu. Tanpa Belanda sadari, sesungguhnya Coen telah menoreh sejarah negerinya dengan darah rakyat Banda yang tak berdaya itu. Pertanyaan kritis dari tulisan ini adalah apakah setelah Indonesia Merdeka, buah pala masih tetap menjadi petaka bagi orang Banda ?. Sulit bagi orang Banda untuk menjawabnya karena mereka tidak diberi otoritas untuk itu. Otoritas perkebunan pala di Banda ada ditangan Pemda Provinsi Maluku, karena mereka memiliki klaim sebagai pewaris perkebunan pala di Banda Neira. Pembantaian terhadap puluhan ribu rakyat Banda bersama 44 tokohnya tidak pernah terlupakan dalam benak semua anak negeri Banda dari generasi ke generasi, dan untuk mengingat tragedi kemanusiaan itu, tempat terjadinya The killing field tersebut, orang Banda membangun sebuah monument yang dikenal sebagai monument “Parigi Rantai”. Baik parigi rantai maupun benteng-benteng pertahanan Belanda yang tersebar di hampir seluruh kepulauan Banda serta rumah-rumah mewah peninggalan Belanda dan Inggris, bukan saja menjadi objek wisata yang menarik, tapi juga menjadi symbol penderitaan rakyat Banda selama ratusan tahun. Apakah penderitaan nenek moyangnya selama ratusan tahun itu juga harus diwariskan kepada anak cucu Banda dewasa ini?. Kalau saat ini, wilayah Timur Tengah menjadi rebut-rebutan negara-negara Barat karena kandungan minyak diperut buminya, maka pada sekitar akhir tahun 1500-an sampai dengan akhir tahun 1800-an, Banda Neira menjadi tempat rebut-rebutan bangsa Barat karena buah palanya. Berabad-abad bangsa Portugis, Belanda dan Inggris, secara bergantian atau bersama-sama menguasai Banda Neira, sampai pada akhirnya Jepang datang untuk menghancurkan semua apa yang ada di kota ini, kota yang memiliki bentuk sebagai een klein Europeesche Stad in Zuid-Oost Azie itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun