Kalau dipikir-pikir kembali argumen Pak Ongkokham barangkali masuk akal. Jawa di masa silam adalah pulau dengan hutan lebat. Di hutan banyak sekali hewan. Termasuk pula banyak sekali hewan ternak. Terutama Kerbau. Nah, kerbau sering disembelih untuk pesta. Barangkali cara masak daging kerbau adalah dibikin gudeg. Dengan dibikin Gudeg, daging jadi awet. Daging bisa bertahan berhari-hari. Barangkali di zaman Sultan Agung, Gudeg masih berbahan utama daging kerbau.
Gudeg beralih menjadi kumpulan nangka muda, sejak kapan, saya sendiri tak tahu. Namun jika menengok kembali sejarah Jawa, akan nampak jelas, kalau jawa penuh peperangan. Peperangan menimbulkan kekurangan bahan pangan. Hewan piaran, di samping sebagai status sosial, juga berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada waktu perang banyak sekali pencurian dan perampasan hewan ternak. Pada waktu Perang Jawa yang terjadi di sekitar waktu maghrib 1825-1830, banyak sekali hewan ternak yang hilang. Pada saat inilah masyarakat kemudian berinteraksi dengan nangka muda untuk diolah menjadi "Gudeg".