Koordinator TRPN, Arwan Tjahjadi: Jokowi Manusia Ajaib

Jokowi itu sosok yang fenomenal yang dicintai rakyat. Jokowi Manusia Ajaib, Dia datang pada saat masyarakat mendambakan, dan rindu kepada tipe pemimpin seperti Jokowi, kata Arwan Tjahjadi. (Fotto : Asnawin Aminuddin) ---------------------------------------------------------------------- Koordinator TRPN (Tiem Relawan Pelangi Nusantara), Arwan Tjahjadi saat ditemui di Hotel Losari Beach Jl Penghibur Makassar,  Senin(16/6) menjelaskan mengapa dirinya ingin mendirikan, sekaligus jadi Kordinator TPN.  Menurut pengusaha perhotelan yang pernah dua peride jadi anggota DPRD Makassar ini, sesunggunya pada akhirnya setiap rakyat diperhadapkan pada pilihan, tentu pada kondisi seperti ini, kita tidak mencari orang sempurna, melainkan mencari pemimpin yang baik. Arwan pun menjelaskan mengapa memakai nama Pelangi Nusantara, karena kita hidup dalam keberagaman yang terbungkus dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, kita semua berkewajiban merawat keberagaman ini karena merupakan kekuatan sekaligus keindahan  bangsa kita tercinta ini. Ada beberapa  alasan yang mendasari langkanya, Pertama, sebagai kader Nasdem tentu harus memperjuangkan Pak Jusuf Kalla, karena sejak pertama Nasdem mempersiapkan JK sebagai Presiden atau Wakil Presiden, kemudian bukan karena JK sebagai putra Sulsel akan tetapi dengan segalah kelebihan dan kekurangan  JK telah menunjukan kepada kita semua bahwa dia telah berbuat banyak untuk bangsa ini. Kedua,  sebagai sesama Alumni UNHAS, saya juga berkewajiban untuk membantu JK karena beliau Ketua IKA(Ikatan Keluarga Alumni) UNHAS, ujar Arwan Tjajadi. Ketika ditanya  bagaimana dengan Pak Jokowi,  setelah menarik kursi agak kebelakang sambil menarik napas agak panjang Arwan yang Alumni Fakultas Arsitektur UNHAS tahun 1980 ini, mengatakan Jokowi itu sosok yang fenomenal yang dicintai rakyat. Jokowi Manusia Ajaib, Dia datang pada saat masyarakat mendambakan  dan rindu kepada tipe pemimpin seperti Jokowi. Terlepas dari itu semua, saya berharap kita harus berbuat daripada hanya merenung, pinta Arwan.(Muhammad Said Welikin)