Jangan sebut namanya kesatria kiri bila konstensinya masih perlu untuk di uji.
Masih tergambar di pandanganku, dia yang raganya mati di tembus peluru.
Masih terbesit difikiranku amanah yang ia titipkan bersama rindu kepada seorang ibu.
Dia berkata dengan suara keras, tak usah sedih menatapku, tapi menagislah meratapi nasib bangsamu. Tuggas ku telah ku tunaikan, raga ku telah ku abdikan, nyawaku pun menjadi lambang kesetiaan.
Tapi kalian masih masih terlalu nyaman dan tenang
meratapi nasib bangsa gandrung akan ke adilan dan sebentar lagi hanya bisa di ulas dalam sebuah kenangan
Apalah artinya nyawa ini  di matamu kami mohon akhiri yang kami awali, kupas semua yang kami gagas, kami terlalu muda untuk kata gugur dalam tragedi, tapi nyawa kami bukan apa apa di dalam makna konsistensi
Pemuda dan pemudi
Mahasiswa dan mahasiswi. Jika ini adalah awal maka segeralah untuk mengakhiri. Jika ini adalah akhir maka diamlah hingga kata mati menghampiri.
Untuk jiwaku yang tak mati