Punya pekerjaan yang mapan setelah menuntaskan pendidikan mungkin menjadi pilihan mayoritas masyarakat Indonesia. Walau harus menghadapi jutaan
Job Seeker setiap tahunnya yang mana menciptakan persaingan yang cukup ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, profesi karyawan/pegawai tetap menjadi primadona di kalangan masyarakat. Persaingan yang ketat ini belakangan membuat orang akan menerima pekerjaan apa saja asal tidak menganggur. Menyandang status ‘pengangguran’ memang sangatlah tidak enak dan konotasinya sudah cukup negative di pandangan masyarakat. Maka tak heran jika banyak anak muda katakanlah
Fresh graduate yang memilih lintas jalur dalam pekerjaan dan menerapkan prinsip ‘
asal gawe, yang penting nggak nganggur’. Alih-alih mendapatkan pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan
passion, mereka kemudian menjadikan pekerjaannya sebagai rutinitas yang harus dan terpaksa dilakukan. Jika sudah demikian, progress karir akan melambat dan bahkan
stuck di titik yang sama. Sadar atau tidak, orang di titik ini baru saja membangun perangkap sendiri yang membunuh kreatifitasnya dan menyiksa diri sendiri dalam sebuah keterpaksaan. Ketidakcocokan dengan pekerjaan yang semakin lama ujung-ujungnya akan membuat apapun yang dilakukan serba salah, jika terlalu dipaksakan bisa-bisa membuat stress dan menimbulkan rasa benci terhadap pekerjaan tersebut serta lingkungannya.
KEMBALI KE ARTIKEL