Salah satu ciri tayangan televisi yang paling trend dan bahkan bisa dilihat di sebagian besar program televisi saat ini adalah segmen bagi-bagi duit. Uang di program televisi dulu mungkin hanya akan terlihat saat menonton program kuis. Sebut saja kuis ‘Who wants to be a millionaire’, yang membutuhkan wawasan yang luas bagi peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang edukatif agar mendapatkan hadiah uang. Acara kuis ini sekaligus menambah wawasan penonton akan pengetahuan umum dan perlu usaha serta kecerdasan bagi peserta untuk dapat memperoleh hadiah. Pada saat pemberian hadiah, Program kuis hanya akan memberikan kertas berupa symbol jumlah uang yang diperoleh. Artinya tidak langsung ditunjukkan sejumlah uang kepada pemenang. Sekarang program seperti ini telah usang tergantikan acara Joged-jogedan.
Berbeda dulu dan sekarang. Sekarang pertunjukan uangmenjadi bagian dari acara talkshow, acara musik, acara pencarian bakat hingga acara humor . Artis-artis pengisi acara televisi saat ini tanpa ragu-ragu mempertontonkan betapa mudahnya memperoleh uang. Dengan memancing penonton agar melihat tayangannya, berbagai acara televisi berubah menjadi acara bagi-bagi duit lengkap dengan lembaran uang yang disorot kamera. Penonton yang kadang terkesan diperlakukan bak pengemis yang disodorkan sejumlah uang memberikan kesan pemalas yang maunya uang tanpa bekerja. Jelas saja, dengan berjoged menirukan goyangan suatu acara, maka uang ratusan ribu secara tunai diperolehnya. Tak sia-sia, cara ini berhasil membuat suatu tayangan televisi memiliki penonton tetap yang berharap dapat uang gratis.
Ajang bagi-bagi uang yang dilakukan oleh selebritis ini bisa jadi bermaksud menunjukkan kedermawanan mereka. Sayangnya tanpa sadar hal ini telah menimbulkan perspektif masyarakat yang berubah mengenai uang.Uang yang dibagikan selebritis ini terekspos dan bahkan sengaja diperlama agar menarik perhatian penonton. Inilah yang menimbulkan pandangan berbeda bagi pemirsa televisi. Kondisi masyarakat yang masih banyak terhimpit kemiskinan, akan merasa cemburu atau bahkan memaki pelaku bagi-bagi duit ini. Tak hanya itu, mudahnya mendapatkan uang seperti yang ditunjukkan di televisi berpotensi mengubah pola pikir pemirsa televisi untuk mencari uang dengan cara-cara ‘singkat’ walaupun tak halal. Bagi kaum ‘berduit’ ini mungkin tak masalah bahkan tak akan berpengaruh apa-apa.
Pernah satu kali, penulis sedang bekerja dari perusahaan melakukan survey kualitas signal televisi di daerah Jakarta. Masyarakat yang didatangi sangat antusias menyambut kunjungan ini, yang kebetulan Penulis menggunakan mobil berlogo televisi (perusahaan). Dengan penuh semangat masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Saat berpamitan pulang, pernyataan yang miris dilontarkan masyarakat yang disurvey. Nada kekecewaan terlontar dari mereka, mengharapkan mendapatkan kejutan uang seperti pada beberapa tayangan televisi. Respons ramah yang diawal ditunjukkannya berubah menjadi kekecewaan dan merasa rugi telah membuang waktu mengisi questioner yang diberikan.
Kasus tersebut menjadi salah satu bukti masyarakat yang terkontaminasi dengan pola pikir kemudahan mendapatkan uang dari program televisi. Jadinya jika mendapatkan kunjungan suatu stasiun televisi maka pikiran yang mencuat adalah akan mendapatkan uang yang banyak. jadi persepsi masyarakat tentang televisi telah salah.
Memang hal yang baik jika suatu program televisi memiliki niat baik membagikan uang untuk penontonnya. Tetapi rasanya tak perlu menyorot sejumlah uang yang diberikan. Tak hanya itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perlu memperingatkan program televisi agar fokus mengkotakkan acaranya di bagian apa. Jika News, fokus pada berita. Jika Talkshow focus pada wawancara atau dialog. Dan jika acara kuis focus pada konten Kuis. Jika KPI akan selalu diam, saatnya pemerintah membentuk lembaga baru yang lebih peduli konten televisi daripada KPI yang kian hari makin panjang saja tidurnya. Bagi masyarakat pemirsa televisi harus sadar bahwa tak semua tayangan televisi itu nyata atau fakta. Sebagian besarnya adalah Rekayasa. Dulu televisi memang sumber informasi terdepan yang senantiasa mengabarkan dan meyebarkan informasi. Maka sekarang Ia telah menjadi media bisnis dan profit yang mengaburkan. Jadi hati-hati menonton televisi, mungkin saatnya mendengarkan radio kembali.