Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Hari Tanoe Bak Sepah Dibuang, Dimana Hati Nurani Hanura?

2 Mei 2014   09:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 2492 17

Sebelum bergabung dengan Partai Hati Nurani Rakyat  (Hanura), mungkin masyarakat hanya mengenal Hari Taanoesudibjo (HT) sebagai pengusaha sukses pemilik MNC group. Kesuksesan medianya dalam mengadakan acara-acara besar dan menyedot perhatian masyarakat cukup menjadi alasan menyebut HT sebagai salah satu raja media di Indonesia. Kesuksesan ini pula yang mengantarkan namanya masuk jajaran orang terkaya di tanah air. Berhasil menjadi pengusaha sukses, HT mencoba peruntungannya di bidang Politik. bersama Surya Paloh, HT bergabung dalam Ormas Nasional Demokrat (Nasdem) yang belakangan menjadi Partai Politik. Tetapi tak berapa lama kemudian, HT akhirnya meninggalkan Nasdem dan berpaling kepada Hanura tepatnya bulan Februari 2013 lalu.

Masuknya HT di Hanura disambut baik oleh partai Pimpinan Wiranto tersebut. Memiliki nama besar dan banyak media menjadi modal kuat baginya mendapatkan posisi istimewa. Pasalnya, kehadiran HT tersebut akan menjadi angin segar yang mampu menopang masa kampanye Hanura. Tak hanya itu, dengan memaksimalkan media yang dimilikinya maka diharapkan akan mudah mendongkrak popularitas Hanura. Atas alasan itu, HT langsung diberikan posisi sebagai Ketua Dewan Pertimbangan. Tak cukup sampai di situ, besarnya asa Hanura kepada HT bahkan sampai menobatkan HT sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) partai Hanura yang saat itu dipegang oleh Yuddy Crisnandi. Puncaknya, Hari Tanoe berduet dengan Wiranto yang mendeklarasikan diri sebagai Bakal Calon Presiden 2014 dari Hanura. Dengan penuh percaya diri, Hanura menjadi Parpol pertama yang mempublikasikan pasangan Capres-Cawapres sekaligus. Kekuatan media HT yang berhasil dengan program-program seperti X-Factor Indonesia atau Indonesian Idol sepertinya menjadi magnet yang sangat kuat menghipnotis Hanura akan manisnya kemenangan yang akan diperoleh pada Pemilu.

Tak perlu menunggu terlalu lama, HT pun tak main-main dengan ambisinya menjadi Wakil Presiden yang nyata. Iklan kampanye bertajuk WIN-HT (Wiranto-Hari Tanoe) langsung menghiasi MNC group. Sebisa mungkin iklan tersebut diselipkan pada iklan acara-acara besar di RCTI, MNC TV, Global Tv hingga Okezone. Bahkan muncul kuis yang berkomposisi kampanye terselubung yang menghadirkan Calon Legislatif partai Hanura lengka dengan jutaan hadiah kepada peserta kuis. Singkatnya, Hanura memiliki media pribadi layaknya Surya Paloh di Metro Tv atau ARB di Tvone/Antv. Teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)pun tak urung mematahkan semangat HT untuk tetap berkampanye di media nya. Dari sini jelas bahwa HT benar-benar telah bekerja keras untuk menaikkan elektabilitas Hanura. Bahkan santer terdengar kabar dimana HT mewajibkan karyawannya untuk menghadiri kampanye terbuka Hanura beberapa waktu lalu. Jika masalah mewajibkan karyawannya untuk memilih Hanura, Itu kita tidak tahu.

Sayangnya, harapan Hanura dan usaha keras WIN-HT berbanding terbalik dengan kenyataan. Perolehan suara partai Hanura berdasarkan hasil hitung cepat hanya berkisar 5 % saja. Seperti nomor urutnya, Partai Hanura juga menduduki peringkat 10. Tepatnya posisi 3 terbawah perolehan suara nasional. Harapan mewujudkan Capres WIN-HT pun kandas. Jangankan mendeklarasikan capres sendiri, mencari koalisi yang bersedia memberikan kursi Cawaprespun akan susah bagi partai kecil seperti Hanura.

Kemerosotan perolehan suara itu menumbuhkan gejolak baru di internal Hanura. Mencari kambing hitam adalah salah satunya. Hari Tanoe dituntut Pertanggungjawaban akan merosotnya hasil tersebut. Usaha keras HT ‘mengartiskan’ semua politisi Hanura di media miliknya dinilai gagal dan bahkan tak dianggap sama sekali oleh sebagian elite Hanura. Proses tak mereka ingat lagi, yang penting adalah hasil. Kegagalan Hanura ditimpakan kepada HT. tak kurang, HT pun kemudian didesak untuk segera meninggalkan Hanura. Isu pengusiran ini serta merta mencuat dengan cepatnya.

Yuddy Chrisnandi yang awalnya sakit hati karena posisinya diambil oleh HT sebagai Ketua Bappilu Hanura menjadi promotor yang menyuarakan ‘pengusiran’ HT dari Hanura.  Seperti penuturannya di Kompas:

"Hanura kehilangan potensi pemilih lebih dari 5 juta orang. HT dianggap penyebab kegagalan Hanura menjadi partai papan atas yang diramalkan sebelumnya. Banyak kader yang menginginkan HT mundur dari Hanura sebagai bentuk pertanggungjawabannya," ujar Yuddy ketika dihubungi, Rabu (30/4/2014)

Pernyataan ini tentunya sangat berbeda dengan pernyataan anggota komisi DPR RI periode 2004-2009 ini saat pertama kali HT diangkat menjadi ketua Bapilu tahun lalu. Saat itu, Yuddy tampak sangat mendukung:

"Dengan masuknya Pak Hary Tanoe, kita sangat bersyukur. Kita tidak ada masalah lagi dengan publikasi, popularitas, elektabilitas partai maupun Pak Wiranto sebagai capres," kata Yuddy, Senin (18/2/2013). (detik.com)

Tak hanya Yuddy, ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Hanura, Fuad Bawazier juga terang-terangan menyalahkan HT atas minimnya perolehan suara Hanura pada Pemilihan Legislatif tahun ini. Fuad menyebut HT tak bekerja maksimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai Bappilu. Seperti yang dikutip dari Kompas.com:

"Target awalnya untuk mencapai 10 persen sehingga kami punya daya tawar. Tapi sekarang sudah di posisi buncit begini. Sejak awal, saya tidak setuju dengan duet Win-HT karena tak masuk di akal

Mencuatnya komentar-komentar politisi Hanura yang mengkambinghitamkan rekannya akibat tidak sesuainya harapan dengan hasil sebenarnya semakin menunjukkan keburukan mereka sendiri. Bukankah kekalahan itu seharusnya karena kekurangan bersama. Tapi inilah politik yang banyak dikatakan kejam. Padahal Hari Tanoe tidak main-main dalam selama proses kampanye mempublikasikan Hanura. Bahkan hingga mendapatkan teguran dari KPI pun ditempuhnya demi menaikkan elektabilitas Hanura setinggi-tingginya. Sayangnya intensitas iklan yang terlalu berlebihan justru membuat masyarakat muak dan mungkin menjadi terkesan terlalu dipaksakan. Inilah mungkin pendekatan yang tidak disadari oleh HT. obsesinya untuk memnangkan Hanura justru kian membosankan masyarakat. Bagi politisi Hanura, Bisa dihitung berapa kerugian yang akan ditanggung oleh Hanura apabila harus mengiklankan diri di televisi swasta lain sebanyak frekuensi mereka tampil di media HT?

Kini HT menjadi sasaran empuk yang disalahkan akibat kecilnya perolehan suara Hanura. Berapapun kerugiannya selama ini bahkan tidak dipedulikan lagi. Gejolak di internal Hanura kian hari makin kuat untuk segera ‘mendepak.’ HT. Harie Tanoe yang dulu menjadi lumbung harapan kini terancam diusir.

Persoalan yang dihadapi HT di Hanura agaknya hampir sama dengan Rhoma Irama. Si raja dangdut ini juga tampaknya tengah ‘dipermainkan’ dan hanya dijadikan umpan pada saat kampanye oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Perbedaanya, Jika saat pemilu tidak ada HT Effect yang mendulang suara Hanura, maka PKB berhasil meraup suara karena adanya Rhoma Effect. Namun demikian, HT jauh lebih cerdik dengan meminta jabtan strategis resmi sebelum Kampanye dilaksanakan. Sedangkan Rhoma Irama hanya diiming-imingi akan menjadi Capres PKB tanpa adanya surat penugasan yang resmi. Kini Rhoma Irama malah ‘digantung’ posisinya oleh PKB.

Baik HT maupun Rhoma tampaknya hanya akan menjadi figuran dalam penyelenggaraan Pemilu 2014. Keduanya memainkan peranan yang tak akan pernah menjadi peranan Utama. Ibaratnya sebagai Umpan, kedua tokoh ini hanya dimainkan di babak awal saja. Berhasil atau tidak dalam meningkatkan suara Partai keduanya tetap tidak akan ‘dipakai’. Ibarat pepatah, Habis Manis Sepah dibuang!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun