Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Sinetron Plagiat 'Kau yang Berasal dari Bintang' Bukti Dangkalnya kreatifitas TV Indonesia

4 Mei 2014   17:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53 910 0

Sinetron atau serial televisi barangkali sudah menjadi acara televisi Indonesia yang paling eksis sejak dulu. Kisah-kisah kehidupan yang dibumbui drama dan ditayangkan secara bertahap menjadi cirri khas Sinetron Indonesia. Tak jarang penggambaran tokoh yang hiperbolis dan terlalu berlebihan menjadi senjata ampuh kesuksesan sinetron. Tetapi justru ini yang membuat pemirsanya semakin penasaran dan terbawa dalam haru biru cerita. Akibat terlalu larut dalam fiksi yang ditayangkan Sebuah sinetron, pikiran pemirsapun turut serat berubah dalam menilai artis/aktor yang berperan dalam sinetron yang diikutinya. Tokoh Protagonis yang memerankan peran baik-baik menjadi idola, sementara itu tokoh antagonis yang memerankan tokoh jahat menjadi Public enemy untuk penikmat sinetron. Perspektif masyarakat pecinta sinetron tak terbatas pada hiburan semata antara penonton dan layar kaca. Kenyataannya, public figure yang berperan antagonis dalam sinetron juga dibenci dan bahkan mendapat caci-maki dari pemirsa sinetron. Beberapa sinetro yang paling popular di Indonesia adalah Tersanjung, Pernikahan Dini, Cinta Fitri, Para Pencari Tuhan dan yang paling baru Emak Ijah pengen ke Mekkah serta Tukang Bubur Naik Haji.

Jika menghitung jumlah sinetron yang pernah tayang di televisi Indonesia mungkin akan cukup sulit. Mengingat sejak dulu, program ini paling diminati masyarakat. Ribuan judul sinetron dengan ragam genre pernah tayang di televisi nasional. Berbagai kisah diangkat dalam ke layar kaca. Mulai dari sinetron Kolosal (Jaka Tingkir, Tutur Tinular, dsb), Drama Remaja hingga sinetron adaptasi kerap kali menjadi topik yang dikemas dalam sebuah sinetron. Produksi sinetron yang sangat intens setiap tahun tak jarang juga menciptakan ide cerita yang hampir sama dengan sinetron lain. Tak heran, banyak pemirsa televisi yang tidak mengemari Sinetron. Cerita yang sudah dapat ditebak ditambah harus membuang waktu dengan menunggu episode demi episode menjadi alasan untuk tidak mengikuti Sinetron. Sinetron Remaja contohnya bisa ditebak alur cerita pasti menggambarkan sekolah mewah yang diisi siswa-siswa hedonis yang berperan sebagai antagonis, tokoh protagonisnya adalah murid yang miskin yang ternyata posisinya tertukar sejak lahir dengan tokoh antagonis. Anehnya lagi, walau mengambil setting di sekolah, adegan belajar-mengajar sangat minim. Sinetron kolosal yang berkisah sejarah Indonesia, ceritanya malah melenceng dan mengada-ada (Tutur Tinular). Dan ini terjadi di hampir semua sinetron yang ditayangkan. Sengaja atau tidak, ide cerita yang sama dengan pemeran berbeda sudah menjadi kewajaran di sinetron Indonesia. Toh, tidak pernah ada persoalan tentang plagiarism sesama rumah produksi sinetron. Lalu bagaimana jika plagiat dilakukan terhadap serial tv negara lain?

RCTI sebagai salah satu televisi nasional yang paling produktif menayangkan sinetron mengalami hal ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun