Jika harus membandingkan kualitas antara program acara televisi dulu dengan sekarang, maka sebagian besar pemirsa televisi pasti akan lebih memilih acara televisi yang dulu. Saat televisi masih dijadikan media hiburan utama pada 1990-an berbagai program acara televisi memang muncul dengan ide-ide brilian yang mampu menarik perhatian masyarakat untuk betah menyaksikan acara televisi. Baik film, Musik, sinetron hingga acara reality show seakan berlomba menghadirkan hiburan berbeda tanpa harus di hiperbola seperti acara-acara saat ini. Tak heran sangat banyak program televisi yang sangat ikonik yang muncul di layar televisi. Tak hanya programnya, para pengisi acara juga memang bertalenta dan bukan muncul karena sensasi.
Namun seiring dengan perkembangan zaman yang kian canggih dengan variasi media hiburan yang semakin banyak, acara televisipun seperti kebingungan untuk membuat format baru yang benar-benar bermutu. Hampir Semua program televisi bertransformasi menjadi variety show yang mana disisipi beraneka ragam adegan sehingga tidak focus pada suatu tema. Musik dengan pertunjukan sirkus, talkshow dicampur aduk dengan dangdut dan kuis, serta masih banyak lagi program tv yang menjadi program gado-gado sehingga sulit mengkategorikannya di acara musik, reality show yang benar-benar pure , komedi, sulap, sirkus dan sebagainya.
Salah satu program televisi yang secara perlahan hilang dari layar kaca adalah Kuis. Dulu program kuis lumayan banyak dans angat variatif di Indonesia. mulai dari kuis yang mengasah otak dengan materi-materi pelajaran sekolah, pengetahuan umum hingga musik. Tentu saja kita masih ingat kuis Who wants To Be A Millionaire, Rangking 1,24Hour Quiz, Are You Smarter than a 5th Grader?,Betul atau Salah,Cerdas Ria, Famili 100,Fast and Win,Komunikata dan masih banyak lagi. Kuis-kuis ini mampu menjawab salah satu tugas televisi yakni menghibur sekaligus mencerdaskan.
Mudah rasanya menyebutkan program kuis dulu yang berkualitas dan bukan sekedar membagi-bagi uang di televisi. Kini, mungkin hanya New Famili 100 yang masih bertahan di layar Indosiar yang dibawakan Oleh Tukul Arwana. Itupun acara kuis lebih ke komedi yang dipenuhi bayolan-bayolan khas Tukul Arwana. Selainnya adalah ajang bagi-bagi duit yang dengan mudahnya diperoleh penonton hanya dengan menyebut logo atau slogan dari suatu produk iklan yang mensponsori suatu program televisi. Salah satu acara kuis yang telah hilang dari layar kaca adalah, Kuis Musik.
Sebenarnya, Beberapa Variety show sebelumnya juga pernah membuat acara kuis musik yang diselipkan di antara panjangnya durasi program. Sebut saja Eat Bulaga dan Senandung Maut di Trans Tv yang masih tayang hingga saat ini. Namun kedua acara ini tak lebih dari sekedar acara sirkus dengan menghadirkan binatang-binatang buas yang menakut-nakuti peserta yang ikut kuis. Bukan Wawasan musik peserta yang menjadi sasaran, namun ekspresi ketakutan peserta kuis saat dikalungkan Phyton atau anak buaya yang lebih dijual. Kembali lagi kepada permasalahan acara televisi saat ini yang memang sedang kebingungan mencari ide yang layak ditayangkan, inilah salah satu buktinya. Acara kuis berubah menjadi sirkus! Hasilnya tak ada satupun acara televisi yang benar-benar focus pada pemahaman musik yang mampu menambah wawasan musik penontonnya.
Namun baru-baru ini pemirsa televisi yang menyukai acara musik dan kuis disuguhi acara kuis musik yang benar-benar focus di kategorinya sebagai kuis yang bertemakan musik. Acara yang sangat popular di tahun 1990-an dan dibawakan oleh seorang Koes Hendratmo bertajuk Berpacu Dalam Melodi kembali menyapa pemirsa televisi. Acara kuis yang bermaterikan lagu-lagu popular sepanjang masa ini memulai debutnya tanggal 4 Agustus 2014 dan langsung disambut meriah oleh pemirsa televisi, terbukti pada episode perdana acara ini sukses menduduki Trending topik di media sosial Twitter. Tak bisa dipungkiri, Twitter menjadi salah satu tolak ukur yang menunjukkan intensitas suatu topik diperbincangkan.
Berpacu Dalam Melodi yang kini memasuki musim keempatnya dipandu oleh vokalis band Naif, David Bayu dengan iringan musik Cyrcardian Rhytim dan ditayangkan di Net Tv. Kesuksesan besar acara ini adalah saat musim pertama yang ditayangkan di TVRI, Musim kedua tayang di Metro Tv dan tidak sesukses tahun pertamanya. Sementara musim ketiga kembali lagi ditayangkan oleh TVRI yang mana hanya bertahan sebanyak 53 episode. Dalam artian, gagal!
Mungkin menjadi pertanyaan, apa menariknya me-recycle acara yang sudah ‘gagal’ di musim ketiganya?
Berpacu Dalam Melodi sudah merupakan suatu acara ikonik di televisi kita. Barangkali hanya sedikit orang yang tidak pernah mendengarkan program ini. Kegagalan musim ketiganya bisa saja karena sempat terlibas oleh trend selera pemirsa televisi yang sempat terlena dengan ke-‘alay’an acara-acara televisi. Apalagi hanya ditayangkan di TVRI, Yang notabene sepi penonton. Ketika sekarang pemirsa televisi lebih cerdas dalam memilih tayangan hiburan yang layak, maka permintaan untuk acara-acara televisi berkualitaspun mencuat. Maka salah satu terobosan yang baik mengangkat kembali program televisi yang dulu dengan format baru yang lebih modern dan atraktif. Berpacu Dalam melodi menjadi pilihan terbaik mengingat krisisnya acara musik dan kuis yang berkualitas di Industri pertelevisian Indonesia saat ini.
Pemilihan David Bayu sebagai host di acara ini juga sangat tepat. Dengan profesinya sebagai penyanyi berkarakter dilengkapi dengan aksi kocaknya membuat acara benar-benar hidup dan tidak membosankan. Kehadiran penyanyi-penyanyi popular di acara ini juga semakin menunjukkan konsistensi acara yang terfokus pada musik. Sejauh ini bintang tamu dan peserta yang dihadirkan juga benar-benar yang mengerti musik atau dari latar belakang musik. Materi yang menjadi bahan kuis juga pure tentang musik sehingga benar-benar menambah wawasan pemirsanya. Alhasil, jadilah tayangan yang asli musik tanpa embel-embel Ular dan pertunjukan sirkus lainnya yang bisa dinikmati setiap Senin-Jumat sore pukul 18.00 WIB.
Walau bukan terobosan baru karena merupakan hasil daur ulang, kemunculan Berpacu Dalam Melodi menjadi oase di tengah keringnya acara sejenis yang berkualitas. Harapan kita, semoga saja acara-acara demikian yang tampil di layar televisi kita sehingga televisi kembali ke fungsi sebenarnya sebagai media hiburan dan bisa mencerdaskan. Bukan sekedar industrialisasi yang berpacu pada profit tanpa memperdulikan kelayakan kontennya. Salam Cerdas menonton televisi!