Citra Korps Kepolisian Republik Indonesia kali ini benar-benar telah buruk di mata dunia Internasional,Khususnya Malaysia. Pasalnya Kepolisian yang selama ini intens untuk memberantas peredaran Narkoba di negeri ini justru tertangkap sebagai pengedar barang haram tersebut di negara Malaysia. Adalah dua orang pejabat Kepolisian Daerah Kalimantan Barat yang bertugas sebagai subdirektorat Narkoba, Ajun Komisaris Besar Idha Endi Prasetyono dan Penyidik di Reserse Narkoba, Brigadir Harahap yang tertangkap basah oleh Polisi Diraja Malaysia di bandara Kuching pada sabtu(30/8). Kedua pejabat polisi yang bertugas menyidik kasus Narkoba ini justru tertangkap menyelundupkan Narkoba sebesar 6 Kilogram di Serawak. Atas kasus ini, keduanya terancam hukuman gantung sesuai hukum yang berlaku di negeri Jiran mengingat negara ini merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang paling serius menerapkan hukuman berat bagi Produsen, pengedar maupun pemakai Narkoba di sana.
Tidak saja mencoreng nama institusi tempatnya bertugas, kriminalitas yang dilakukan oleh Pelayan Publik yang harusnya membersihkan negara dari mafia dan gembong Narkoba ini juga mempermalukan nama Negara di mata dunia. Kini keduanya telah ditahan dan menunggu proses hukum yang akan berlangsung.
Menjalarnya informasi di media tentang kasus ini juga akhirnya menguak profil Sang Ajun Kombes Idha Endi berisi track recordnya yang ternyata telah banyak mengoleksi catatan hitam seperti yang tertera di Bid Propam Sumatera Utara, awal karir kepolisiannya. Di antaranya, beberapa kali sang Polisi ini telah menikah dan berakhir dengan perceraian karena perselingkuhannya. Kemudian pernah menghamili Pembantunya di tahun 2002. Lalu saat dimutasi Ke Kalimantan Barat, Endhi makin menjadi-jadi, seperti data dari Propam Polda Kalbar berbagai pelanggaran kedispilinan telah dilakukan olehnya dan bahkan diduga pernah terlibat perkara menyisihkan barang bukti sabu. Selengkapnya, di detik.com; Selingkuh Hingga Narkoba, Ini Catatan Hitam AKBP Idha di Propam
Anehnya, Endi tampaknya ‘terlalu hebat’ untuk dijebloskan ke penjara dan bahkan untuk diberhentikan dari jabatannya. Buntut dari perbuatannya hanya berupa teguran yang belum berujung pada Pemberhentian Permanen dari jabatannya. Malahan dengan banyaknya kasus yang dilakukannya tak urung menghambat kenaikan pangkatnya di Kepolisian. Namun sepandai pandainya Tupai melompat akhirnya jatuh juga, Inilah yang dirasakan Endi kini di tangan Polisi Diraja Malaysia.
Terkuaknya kasus ini ke media semakin mempertahankan stigma masyarakat akan bobroknya citra Kepolisian Indonesia. Betapa mirisnya, di saat Polri bersiaga ingin memerangi para pengedar Narkoba di negara ini malah mafia yang sebenarnya sedang bersembunyi di balik seragamnya. Anehnya lagi,bagaimana bisa Pejabat Polisi dengan sedemikian banyaknya kasus masih bisa eksis dan tidak dipecat? Kedua perwira tersebutpun bisa berseliweran keluar negeri. Dalam hal ini Malaysia, sebegitu mudahnyakah perwira berpangkat menengah AKBP ‘mengelabui’ atasannya hingga bisa keluar tanpa ijin? Atau mereka sudah ijin? Entahlah...
Setidaknya kasus ini menjadi catatan buruk bagi Kepolisian dan para elit Polri yang tidak berhasil mendisiplinkan anggotanya. Maka tak heran banyak yang beropini meminta agar Kapolri Mundur dari jabatannya. Seperti berita dari Tempo.co Kasus 'Polisi Narkoba', Kapolri Diminta Mundur .
Tercorengnya nama baik bangsa yang dilakukan oleh perwiranya sendiri menjadi pukulan tersendiri secara keseluruhan bagi Masyarakat Indonesia. Ini mungkin hanya secuil kisah yang terekspos, akan semakin panjang bila dibahas mengenai birokrasi dan kasus-kasus dalam negeri dimana pelakunya adalah Polisi. Jika sudah demikian, masih bisakah POLRI dikatakan lembaga yang berwibawa? Mungkin ini bisa menjadi salah satu agenda Jokowi nantinya untuk melakukan revolusi mental di tubuh Polri. Agar semakin baik dan dapat diandalkan serta dibersihkan dari bau-bau Kepentingan dan aroma KKN.
Kini nasib AKBP Idha Endi dan anggotanya itu tergantung pada lobi-lobi antar kedua negara. Masalahnya adalah untuk melakukan upaya membebaskan keduanya dari jerat hukum mati di negeri Jiran tentu saja akan memerlukan biaya lagi dari Rekening negara. Tanpa bermaksud kasar, masih perlukah memperjuangkan kebebasan kedua orang tersebut? Jawab masing-masing saja...
Ya sudahlah.. harapan kita semua tetap sama, semoga kelak negara ini semakin maju dan bersih dari orang-orang kotor yang selama ini memperburuk imej bangsa. Dan juga semoga suatu saat nanti kabar dari Kepolisian yang menguak ke media adalah kabar gembira alias prestasi bukan malah kabar memalukan dan memilukan seperti sekarang ini.
Berita Terkait: