28 April 2022 09:15Diperbarui: 9 Mei 2022 04:242692
Selamat Tinggal Tax Amnesty
Saksikanlah, wahai Tax Amnesty                   Aku tak akan lagi melihat dari bawah peraturanmu Inilah aku, kini telah pergi, sembunyi, jangan kau cari Sebab pencarian dan harapanmu tak akan menemukanku Langkahku dalam gelap, berlindung dalam pelukan DEWA-DEWI, Dekat mungkin tak terlihat, jauh mungkin tak terjangkau. Jangan kau harap aku...ya?!
Sebagai langkah pamungkas, di sini...Aku, hanya mengembalikan nyanyian-nyanyian yang tak kau mengerti. Â Perlahan kau kan pupus jua seiring kelihaianku Langkahku, tempat kembali segala hampamu.
Kini, darimu, aku pergi, wahai Tax Amnesty, dalam pakaian pengembaraan dan penghormatan. Implementasimu kufikir distorsi filosofis. Andai saja aku beranikan diri untuk berjumpa denganmu, memandangmu sekali lagi, tanpa paksaan dan tebusan, tak akan kau rasakan, esok hari, dampak dari kesalahanku.
Aku, wahai Tax Amnesty saudaraku, tak akan pernah kembali. Semua harapan dan kacaunya mimpimu mengikis patriotismeku Surga gemilang, asa dari langkah pengembara. Akan kau temui ranting kering dalam bayang-bayang daun, dan aku pun berlalu. Apa artinya, setelah ini, pohon dan ranting yang rapuh itu? Aku akan hidup, wahai langitku, Â di atas bumi akan kuselipkan cahaya dalam hati terdalam.
Oooh,,,Tax Amnesty...!!! Kufikir...?! Kau tak diperlukan andai filosof jadi panutan; kau tak diperlukan andai kolusi, korupsi, nepotisme tuntas ditumpas; kau tak diperlukan andai semua pemimpin hidup sederhana dan bermental cukup; kau tak diperlukan andai gurita oligarki jahat dimusnahkan; kau tak diperlukan andai redistribusi pajak berkeadilan sosial; kau tak diperlukan andai semua patuh pada konvensi dasar; kau tak diperlukan andai semua pendidikan dan kesehatan dimurahkan; kau tak diperlukan andai peran fungsi parlemen kuat, dan ideal; kau tak diperlukan andai kartu kontrol pemanfaatan pajak diterapkan. Mungkin Tax ratio akan meningkat dengan kesadaran, bukan dengan keterpaksaan
Andai saja kau mendengar suara nestapa; andai saja tak ada kekuatan koersif; andai saja aku menutup inderaku; mungkin aku tak akan menyaksikan mimpi yang asing itu; mimpi seperti apa yang muncul di tengah hutan Pasir Penajam? Kau ukir di dalamnya sebuah melodi; sebuah mimpi dan ambisi kekuasaan; sebuah degup nada-nada sendu hutang; seluruh kritik saran menepi jadi eligi.
Selamat tinggal Tax Amnesty. Inilah aku, hasrat yang terpendam dalam cinta Ibu Pertiwi Dan akan kurahasiakan cita dan cintaku yang getir dan penuh duka Di Jalan-jalan Tol yang indah kumenangis sebab tidak gratis Di dalam kenangan-kenanganku, jiwaku tak akan pernah kembali
Wahai Tax Amnesty, Wahai Program Pengungkapan Sukarela Anggaplah jiwaku berasal darimu Bahwa ingatan dan hasratku tak akan pernah hilang Dan aku...?! Jangan kau ragu, anggap saja engkau berasal dariku Sungguh, kenangan tentangmu akan selalu hidup di hatiku Segala tentangmu akan mengakar dalam kedalaman bathinku Ia abadi sebagai puisi dua priode amnesty, dua skema tebusan dan dua bidang Investasi yang ditentukan.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.