Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Damai Natal, Damai Indonesia

26 Desember 2012   04:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:02 240 0
Tahun ini kembali memperingati hari kelahiran Yesus Kristus, Isa Al-masih. Berbeda dengan Natal beberapa tahun terakhir dimana dapat merayakan Natal bersama keluarga di Medan, kali ini harus merayakannya bersama teman-teman di Bandung. Suasana Natal di tengah keluarga yang dikasihi pun batal dirasakan, namun Natal tahun ini tetap memberikan banyak makna dan pembelajaran baru, dan kali ini menyinggung tentang ‘damai’. Seringkali kita terlibat pertikaian dengan orang lain. Sakit hati, dendam, kekecewaan, amarah, dan banyak hal lainnya menjadi biang keladi dari permusuhan, dan kedamaian seakan jauh dari kehidupan kita. Kita bertikai dengan teman, guru, tetangga, bahkan keluarga atau orangtua kita sendiri. Alasan pembenar kita pun klasik, kita hanyalah manusia biasa yang pasti juga bisa sakit hati dan marah. Wajar kalau sesekali terlarut dengan emosi diri. Yesus, Sang Bayi Pendamai lahir ke dunia untuk memberikan kasih dan membawa kedamaian bagi setiap orang. Dia datang bukan hanya untuk mengajarkan apa kasih itu, tapi juga menunjukkan melalui kehidupannya. Dia hidup di dunia bukan hanya untuk meminta manusia mewujudkan kedamaian, tapi juga melakukannya, meruntuhkan setiap tembok yang berusaha membelenggu tegaknya kedamaian di tengah kehidupan manusia. Dia mendamaikan perselisihan antara orang Yahudi dan orang Samaria dengan meminum air dari timba perempuan Samaria. Yesus mendamaikan para penderita kusta dengan masyarakat Yahudi yang terikat hukum adat dimana para penderita kusta harus disisihkan dan dikeluarkan dari kota. Yesus juga memberi kedamaian kepada orang-orang yang dianggap sebelah mata; para pemungut cukai, pelacur, janda, anak-anak, orang buta, lumpuh, dan lainnya. Yesus menunjukkan bahwa kasih dan kedamaian harus dirasakan oleh setiap orang. Dan diakhir hidupnya, sebagai puncak dari perjalanan hidupnya, Yesus menjembatani hadirnya kedamaian antara manusia dengan Penciptanya. Yesus mendamaikan manusia dan Allah, dengan mati di kayu salib dan bangkit pada hari ketiga. Maka nyatalah bahwa kehidupan Yesus adalah kehidupan yang menghadirkan kasih dan damai antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya, dan paling utama, manusia dengan Allah. Kembali kepada Natal tahun ini, kiranya kehidupan Yesus dapat menjadi pelajaran hidup yang akan kita lakukan dalam kehidupan kita. Mungkin selama ini mudah bagi kita untuk sakit hati, dendam, kecewa, dan marah kepada orang lain, tapi sejak kita mengenal dan memahami kehidupan Yesus maka semua itu tidak akan mudah lagi masuk dalam kehidupan kita. Sehingga genaplah keinginan Yesus Sang Pembawa Damai, bahwa setiap orang yang belajar dari kehidupanNya akan menjadi agen-agen pembawa kedamaian di setiap lingkungan di sekitar kita. Pembawa kedamaian yang bukan berarti diam (baca: ‘damai’) ketika ada masalah di sekitarnya. Namun berani bicara benar walaupun orang lain tidak suka dengan apa yang akan kita katakan, ataupun berani bertindak benar walau tidak sesuai dengan keinginan lingkungan kita. Karena Yesus berdamai bukan dengan diam melihat permasalahan, tapi berpikir, berbicara, dan bertindak melawan tirani; melawan orang Farisi, hukum adat, kematian, dan hal-hal lainnya. Damai Natal, Damai Indonesia. Kiranya kasih dan kedamaian yang kita rasakan selama masa-masa Natal ini tidak akan berlalu begitu saja ketika hari-hari sudah jauh meninggalkan tanggal 25 Desember. Semoga kasih dan kedamaian yang sudah diajarkan oleh Yesus 2000 tahun lalu, dapat juga hadir dalam kehidupan kita sehingga 364 hari ke depan, kasih dan kedamaian selalu terpancar dari kehidupan kita. Damai dan kasiih yang kita bagikan kiranya dapat menjadi damai bagi keluarga, teman, bangsa, dan negara kita. Tuhan menyertai kita semua. Damai Natal, Damai Indonesia. Selamat Natal bagi kita semua.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun