10 Oktober 2011 18:34Diperbarui: 26 Juni 2015 01:06670
Dipinggiran sungai kecil lagi dangkal, Seorang pria senja dengan mata sayu, Berdiri menundukan raganya yang telah renta, Sembari melamun dia menangis sendu,Lantas ia berkaca dengan air yang jernih, "Aku juga pernah gagah" ujarnya, Sambil memegang erat tongkatnya, Dia seperti merasakan aroma hawa, Yang menyelusuri tubuhnya, Namun itu hanya bayang semu yang tak nyata,Wajahnya yang keriput menambah aroma sedih, "Aku ingat kala disini, Bercerita manis, bercumbu rindu. Seraya nikamti segar subuh sebelum pagi. Dengan seorang istri, tetapi kini dia telah pergi" Bibirnya bergumam sembari menangis, Air matanya pun menetes diantara aliran sungai.Ternyata Dia tengah rindukan Istrinya yang telah mati, Disini Sang Istri tenggelam, Terpeleset batu kali, Setelah mandi subuh sebelum pagi. Hidup seorang kakek tua, Dengan tulangnya yang rapuh, Sepi sendiri, Tanpa seorang kekasih. Didadanya, Mendekap baju kebaya yang telah lusuh, Menyatakan rindu yang menggebu, "nanti aku kan menyusulnya di surga" Gumamnya lirih.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.