Saya kuliah di pascasarjana Universitas Indonesia Kajian Pengembangan Perkotaan tahun 2003. Dari semua dosen, ada salah seorang yang menarik perhatian namanya Bapak Profesor Gunawan Tjahjono. Cara mengajarnya unik, beliau menganjurkan beberapa buku yang perlu dibaca, pada saat tatap muka beliau mengajukan pertanyaan ke kami. Setiap bertanya dan mendapat jawaban dari mahasiswa reaksinya diam saja, tidak menyatakan bahwa jawaban itu benar atau salah atau bertanya balik. Apa jawabannya diinginkan Pak Gun? begitu saya biasa memanggilnya. Setelah lama, saya baru menyadari bahwa bukan jawaban apa, tapi latar belakang pemikiran atau pengalaman apa yang melandasi dari jawaban kita.
Karena cara mendidiknya yang menarik, saya kemudian memilih Pak Gun untuk menjadi dosen pembimbing tesis, dan tentu saja harus siap mendapatkan pertanyaan yang bertubi-tubi dari mulai tahap proposal sampai analisis. Pak Gun juga membekali saya dengan banyak sekali buku-buku bagus dan sebagian diantaranya pinjam dari beliau.
Beliau mengakomodasi apa yang saya mau, apa yang ingin diteliti. Beliau memposisikan diri sebagai teman diskusi, tetapi juga menantang saya untuk semaksimal mungkin berpikir kritis dengan pertanyaan-pertanyaan. Dari pertanyaan-pertanyaan itu saya mengetahui bahwa Pak Gun menguasai bidang yang akan saya teliti. Beliau suka membaca, pengetahuannya luas, pergaulannya luas, dan pengalamannya banyak. Jika ada yang saya tanyakan jawabannya tepat, argumentasinya kuat dan analisisnya tajam. Kita bisa mengukur kedalaman pengetahuan seseorang itu dari jawaban yang dia berikan.
Setelah lulus Saya ingin sekali menulis tentang Pak Gun, ingin berbagi tentang bagaimana beliau mendidik. Akhirnya saya email Pak Gun dan mengutarakan keinginan ingin membuat buku tentang beliau dan alhamdulillah beliau bersedia. Wah.. senang tak terkira membaca balasan email itu. Kenapa? Saya agak ragu beliau akan setuju, karena Pak gun bukan tipe orang yang ingin menonjolkan diri atau apa ya.... Sepertinya beliau menyetujui penulisan buku ini, karena saya suka menulis dan diberi kesempatan.
Tentu tidak sekedar email, saya harus menemui beliau, Pak Gun bilang "ini buku Fitri" tahu maksudnya? Beliau tidak akan ikut campur terhadap buku, hanya mengakomodasi kebutuhan untuk buku ini.
Mulailah tahap pengumpulan data; tentang cara beliau mendidik, tentang karya arsitektur dan karya tulis, tentang keluarga, dan kesan guru, mahasiswa, rekan sejawat. Menelusuri karya tulis di perpustakaan, mendatangi karya arsitekturnya, dan bertemu dengan Han Awal, Bismo Soewondo (keduanya arsitek senior), mewawancarai istri dan putranya. Wah.. itu pengalaman yang luar biasa. Rasanya data yang saya kumpulkan tak pernah cukup. Kelengkapan data perlu agar mudah dalam menulis.