Dalam era bonus demografi, seharusnya terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat karena adanya banyak tenaga kerja yang produktif. Namun, tantangan ini mengisyaratkan bahwa sekadar memiliki jumlah penduduk usia produktif yang besar saja tidak cukup untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Masalah ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, perubahan struktur ekonomi dapat mempengaruhi lapangan pekerjaan yang tersedia. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan ekonomi tidak selalu diimbangi oleh pembukaan lapangan pekerjaan yang cukup. Seiring dengan perkembangan teknologi dan otomatisasi, beberapa sektor industri mengalami transformasi signifikan. Pekerjaan yang dulu manual dan memerlukan banyak tenaga kerja manusia sekarang bisa dilakukan dengan bantuan mesin dan teknologi canggih. Akibatnya, lapangan pekerjaan dalam sektor-sektor tertentu menjadi berkurang, meninggalkan lulusan baru dan angkatan kerja yang mencari pekerjaan tanpa banyak peluang.
Kedua, pendidikan dan keterampilan juga menjadi faktor penting dalam menghadapi tantangan ini. Perubahan tuntutan pasar kerja yang semakin dinamis membutuhkan lulusan dan pekerja yang memiliki keterampilan yang sesuai. Namun, kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan dengan kebutuhan pasar kerja seringkali menjadi masalah serius. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan bagi individu untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka.
Ketiga, sektor informal dan ekonomi berbasis pengetahuan bisa menjadi jalan keluar yang menjanjikan. Mendorong pertumbuhan sektor informal dan mempromosikan ekonomi berbasis pengetahuan dapat memberikan peluang kerja bagi mereka yang sulit masuk ke dalam sektor formal. Namun, upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta, dalam mengembangkan pelatihan keterampilan dan infrastruktur yang mendukung.