Sedikitnya ada 200 orang petani di sana, mereka menggarap sekitar 250 hektar lahan milik Perhutani di Blok Cikanyere Sukaresmi. Saya berbincang banyak dengan Mang Ibin, Ua dan Aki Titi sambil sesekali menikmati singkong rebus dan boled rebus. Dalam kehangatan itu kami berbincang cukup banyak. Saya sendiri kadang-kadang ngompori biar para petani jangan diam, jangan nrimo pada nasib yang memiskinkan mereka. Saya katakan petani harus bersikap, harus bergerak dan berkelompok.
Rupanya pernyataan saya membuat mereka tertarik, pada hari itu saya didaulat menjadi pembina mereka. Saya mencoba meyakinkan bahwa suatu saat jika kita serius kopi asal Cikanyere ini akan menjadi primadona. Menjadi kopi yang dirindukan dan diburu para penikmat kopi seperti kopi asal daerah lain di tanah air. Suatu saat Mang Adang bisa menjadi konglomerat kopi, kata saya berseloroh.