Kalau aku sendiri pasti mikir-mikir seribu kali untuk bertemu dengan orang jujur macam itu. Jujur sih jujur, cuma apa iya jujur itu mesti diutarakan dengan cara yang kasar. Misal, aku ke bengkel beli busi baru buat motor. Coba-coba pasang sendiri tapi tak bisa. Lalu aku minta tolong sama tukang bengkelnya. “Bang, tolong gantiin businya ya. Udah tak coba sendiri tapi susah.” Lalu apa jadinya kalau si Abang Bengkel menjawab, “Dasar goblok. Masang busi aja nggak becus. Makanya lain kali jangan sok pintar. Motor rusak baru nyaho lu!” Tidak salah memang. Si Abang Bengkel sudah bicara jujur padaku. Aku sendiri mengakui kalau goblok masalah servis menservis motor. Tapi ucapan jujur kasarnya yang ia tujukan padaku di depan khalayak ramai jelas-jelas mempermalukan aku. Sakitnya tuuh di siniiii! Kata Cita Citata dalam syair lagunya. Untungnya si Abang bengkel tidak mengeluarkan kalimat kotor seperti itu, malahan ia justru berucap, “iya, Mas. Tunggu sebentar. Yang ini masih nanggung. Nggak apa-apa kan?”