Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Surga yang Dijanji, Neraka yang Kita Dapat...

3 September 2010   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29 240 0

Kesabaran kita sebagai bangsa masih terus saja diuji hari-hari belakangan ini…

Yang terbaru adalah rencana pembuatan gedung baru DPR senilai 1,2 triliun. Bukan sekedar biayanya yang fantastis, tetapi juga fasilitasnya. Dengan dalih tugas mengurus negara melelahkan dan menguras tenaga, anggota dewan yang (merasa) terhormat itu akan dimanjakan dengan fasilitas untuk melepas penat seperti kolam renang dan spa. Sementara rakyat kecil yang sudah banting tulang dan megap-megap bertahan hidup sejak dulu tidak pernah berubah nasibnya.

Mau geram atau marah dengan rencana DPR yang tidak peka terhadap penderitaan sebagian besar rakyat di negeri ini sepertinya sia-sia. Pak Marzuki Alie sudah mengatakan mau tidak mau, suka tidak suka gedung tetap akan dibangun.

Sebelumnya, kesabaran kita sudah diuji berkali-kali oleh perilaku anggota DPR yang suka mbolos, terjerat kasus suap dan korupsi. Mereka tak lebih dari kumpulan orang arogan, hanya galak saat meminta hak, tapi melempem ketika menunaikan tugas dan kewajiban.

Sebelumnya, dan masih sedang hangat, kesabaran kita diuji oleh lenyapnya ketegasan pemimpin ketika kedaulatan dan martabat bangsa dilecehkan oleh negeri tetangga.

Sebelumnya, kesabaran kita duji oleh pemberian grasi dan remisi untuk para koruptor.

Sebelumnya, kesabaran kita diuji ketika pemerintah lepas tangan di saat jamaah Ahmadiyah mendapat perlakuan kekerasan dan jamaah HKBP dilarang beribadah oleh segerombolan orang picik yang mengatasnamakan agama.

Sebelumnya, kesabaran kita duji oleh hilangnya tanggung jawab pemerintah ketika banyak nyawa melayang sia-sia akibat tabung elpiji yang meledak di mana-mana. Serasa belum cukup, menteri yang mengurusi energi dengan entengnya berkata jumlah korban ledakan tabung elpiji masih lebih sedikit dibanding angka keberhasilan program konversi minyak tanah ke gas. Sama seperti ucapan menteri lainnya yang menganjurkan agar rakyat tidak usah makan cabai ketika harganya meroket tak terjangkau.

Sebelumnya, kesabaran kita diuji oleh berlarut-larutnya penanganan korban lumpur panas dan ketidakbecusan pemerintah dalam mengambil langkah-langkah untuk menghentikan semburan lumpur tersebut.

Sebelumnya berkali-kali dan entah besok apa lagi, para politisi, pejabat dan pemimpin negeri ini tak ada kapoknya menyakiti hati rakyatnya sendiri. Pemilu belum juga genap setahun, dan mereka lupa saat kampanye kemarin mengobral janji dari panggung ke panggung, bicara berbusa-busa soal kesejahteraan, layanan kesehatan gratis, pendidikan murah, sembako terjangkau, pemberantasan korupsi atau penegakan hukum tanpa pandang bulu. Dulu mereka merayu dan mengiba agar dipilih menjadi pemimpin atau wakil rakyat, sekarang rakyat yang dibuat kehabisan kata dan tenaga memohon diperhatikan nasibnya.

Seorang pengamen di bis Semarang-Yogya yang saya tumpangi mengingatkan tentang ironi yang kita alami selama ini. Dengan suara serak ia bernyanyi:

Surga yang kau janjikan//Neraka yang kau berikan

Manis yang aku khayalkan//Pahit yang aku rasakan

Tingginya janjimu padaku//Mengalahkan langit yang biru

Manisnya janjimu padaku//Mengalahkan manisnya madu

Dulu kau berlutut di kakiku//Untuk mengharap cintaku

Hingga terbuka pintu hatiku//Tuk meneriman cintamu

Tapi setelah aku jatuh cinta padamu//Engkau begitu mudah melupakan diriku

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun