Polemik makin kencang aksi brutal atau aksi main hakim sendiri. Menurut saya ya biarin aja begal itu mati entah dibakar, entah kepalanya pecah atau karena sebab lain. Saya setuju begal ini tewas ditangan warga dengan beberapa alasan penting.
Pertama, sewaktu merampas harta korbannya dia atau mereka memakai senjata baik berupa pistol, pedang, clurit atau senjata berbahaya lainnya. Dan senjata itu memang digunakan seperti yang dilakukan Hendriansah sewaktu merampas kendaraan Sri.
Kedua, mereka berombongan serta memaksa dalam waktu singkat. Artinya tidak melakukan tipuan atau membujuk-bujuk dulu. Jadi langsung hajar.
Ketiga, polisi tak kunjung bertindak atau tak pernah ada patroli dilapangan. Daripada begal itu makin merajalela ya sikat ajah. Warga membakar itu karena melihat faktanya Hendriansah membawa samurai, sempat lolos namun terperangkap dikamar mandi yang terkunci setelah jatuh dari plafon tempat dia sembunyi.
Bagi yang merasa simpati atau tidak setuju aksi main hakim sendiri, alamatkan protes anda ke polisi. Mereka itu yang tidak becus. Di lapangan banyak kejahatan eh malah urusi AS, BW sampe Novel Baswedan yang tidak bersalah. Rakyat kecil itu hidupnya sudah susah bukannya dibantu malah dibiarkan menghadapi begal.
Hukuman yang diterapkan ke mereka kadang tidak membuat jera. Coba tanya mereka, siapa rata-rata baru melakukan pertama sudah tertangkap? Pasti jarang karena memang begal itu belajar dari ahlinya langsung. Artinya begal junior itu mengikuti para senior, melihat dan mempraktekkan caranya. Kalau ga aksi main hakim sendiri, mereka lebih nekad.
Coba perhatikan aksi para copet atau jambret. Mereka beraksi siang hari, kadang ditempat yang lumayan ramai dan memanfaatkan kelengahan. Beberapa aksi jambret disiang hari dengan korban perempuan sering meninggalkan korbannya terkapar begitu saja. Bagi yang menolak aksi main hakim sendiri, coba renungkan bila kita berada disisi korban karena istri saya pernah jadi korbannya!