Aku, menuju januari yang duka
Ada air mata, begitu dingin dan kaku
Januariku, liku-liku luka menuju syurga
Hujan rupa air mata duka
Memenuhi isi bumi dengan tegas
Gelimangan air melimpah, februari dan indonesia-ku
Tangis-tangis tenggelam di mata hidung, nasibku
Kembali maret membawa kabar
Kobaran api  begitu kejam
Melahap, menerjang kedalam mata indonesia ku
Terbakar, harapan-harapan hanya bertahan menjadi abu
April datang dengan tenang
Sangka ku sesejuk air samudera, oh iba
Ternyata yang tenang menghanyutkan
Menelan dan merengkul nasibmu menuju syurga,
Riang sebebas burung, luka disayap membawa duka
Licah segesit ikan dilaut, nyatanya nasib karam dilaut
Didarat, air terlalu bergizi, melimpahkan ragam luka
Lalu, lidah api melahap dengan semangat harapan hidup, indonesia ku
Sudah ku duga,
Burung-burung tidak mangajarkan aku terbang tinggi
Api dan air kadang memburu nasib yang sudah kokoh
Di tengah samudera, sirip ikan tidak mengajarkan aku terbang,Â