Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie Pilihan

Padang Juga Punya Ayam Bakar Batok, Lho...

27 Januari 2014   20:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24 294 3

Kelezatan rendang memang sudah mendapat pengakuan internasional, namun Padang masih punya stok kuliner lain yang menantang untuk dicicip. Saya akan mengajak Anda ke kawasan ujung Jakarta Timur menjelang waktu makan siang dan singgah di Rumah Makan ‘Selamat’ yang terletak di jalan Raya Cilangkap nomor 1. Jangan terkecoh dengan kesederhanaan bangunan yang telah bertahan di kawasan itu selama hampir 20 tahun lamanya karena rasa makanannya dijamin bakal membuat semua pencicip ketagihan untuk balik dan balik lagi bersantap di sana.Pengunjungnya berasal dari berbagai kalangan dari mulai para sopir mobil angkot sampai dengan keluarga-keluarga bermobil mewah. Well,taste never lies ...rasa nggak pernah bohong, kan?

Sebagaimana rumah makan Padang lainnya, RM ‘Selamat’ juga menyadikan Sambal Ijo, aneka gulai dari mulai Gulai Ayam, Gulai Telur Bebek, Gulai Tunjang sampai Gulai Babat-Iso, lalu Rendang Daging plus Goreng Ayam/Ikan/Udang dan Dendeng Sapi/Paru. Lauk apapun pilihan Anda ditambah sejumput rebusan daun singkong yang empuk plus sebongkah nasi panas dan jus atau es teh manis vanila maka lengkaplah hidangan makan siang Anda. Harga per porsi yang dipatok relatif ekonomis hingga memungkinkan pengunjung untuk menambah pesanan tanpa kuatir jatuh bangkrut.

Setelah dicuci bersih, potongan-potongan daging ayam kemudian diungkep dalam bumbu-bumbu yang telah dilarutkan dalam santan kental. Dimasak sedemikian rupa hingga potongan daging cukup matang lalu diangkat. Sambil meniriskan daging, panggangan yang menggunakan bahan bakar batok alias tempurung kelapa pun disiapkan di pojokan dapur bergaya terbuka itu. Kenapa bukan arang kayu? Menurut Uni Hilda selain pertimbangan ekonomis (batok-batok itu kiriman gratis dari pedagang kelapa langganannya) juga karena ‘sesuatu’ dalam asap bakaran batok kelapa memberi nilai tambah pada kelezatan panggang ayamnya sekaligus membuatnya bisa bertahan disimpan dalam dua hari tanpa perubahan rasa yang berarti.

Ketika Uni Hilda menyuguhi saya Ayam Bakar Batok-nya, rasa gurih pedas yang pas menyatu dengan tekstur daging yang empuk namun masih ‘melawan’ saat digigit mirip daging ayam kampung, tulangnya renyah, dan aroma panggangan yang khas membuat kita semakin bernafsu menyantapnya dengan nasi panas yang pulen. Sambal Ijo plus daun singkong rebusnya yang empuk memberikan ‘rasa nendang’ tambahan. Dingin-manisnya teh beraroma vanila menyempurnakan ritual makan siang saya hari itu.

Saat hidangan licin tandas, yang tersisa adalah lamunan bersantap siang dengan menu sama dalam atmosfir berbeda di tempat asal leluhur Uni Hilda dengan iringan  melodi saluang di kota Padang nanti saat konvoi Daihatsu mengantar saya ke sana. Semoga...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun