Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Radio OZ, RCTI, dan Filosofi Jamban

26 Juli 2011   07:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22 1140 1
Resepsionis memberitahukan bahwa Rochsan 'Apuy' Rudyantho Alibasyah (52) sudah menunggu di ruang kerjanya di lantai dua. Perawakan jangkung-rampingnya masih sama seperti saat terakhir kali kami bertemu, hanya saja rambut tebal-agak ikalnya kini telah menipis dan berubah warna. Kang Apuy, begitu dia biasa dipanggil, juga masih mahal senyum dan memiliki sorot mata yang tajam.Keramahan justru terpancar dari gaya bicaranya yang lugas. Puluhan tahun silam anak sulung pengusaha kontraktor dan pemilik pabrik tegel itu bersikeras menolak keinginan almarhum ayahnya yang menginginkan Rochsan menjadi pewaris perusahaan keluarga. Akibatnya dia harus hengkang dari rumah, tunjangan keuangan dihentikan, dan mobil yang sehari-hari digunakan pun ditarik. Sebuah pukulan telak bagi anak muda yang biasa hidup bergaya semi-borju seperti Rochsan namun dia tak sudi menyerah dan mulailah pengembaraannya sebagai awak broadcast bersama Radio OZ yang di era 90-an termasuk salah satu radio papan atas di Bandung. Dia direkrut langsung oleh pemilik radio yang memiliki data dirinya sebagai anggota Menwa Yon II Unpad dan merasa klop dengan kualifikasi yang dimiliki Rochsan. Begitulah dia menggeluti aktifitas broadcast Radio OZ dimulai dengan menjadi Announcer pada tahun 1985 lalu beranjak naik ke posisi Marketing Manager,Operational Manager, dan Off Air Manager hingga tahun 1990. Titik jenuhlah yang mengantarnya menemui Ganjar, pemilik Radio OZ, dan mengutarakan keinginan untuk mengundurkan diri. Dia ditawari untuk mengelola sebuah biro iklan atau event organizer yang akan didirikan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun