Hartanti sempoyongan mendekap perutnya yang meluap mual. Tertatih mundur merayap ke pojokan berusaha meredam pusaran dalam kepala yang terus membuat ruangan sempit itu berputar-putar di matanya. Para penghuni sel lainnya memperhatikan dengan seksama. Kuatir perempuan itu mengotori lantai dengan muntahannya. Ya, hanya itu! Hartanti membatin dengan nyeri. Tak ada lagi yang peduli pada kesehatan, apalagi perasaannya.