- Penyajian Fakta dan Legenda:
Herodotus sering kali mencampuradukkan fakta sejarah dengan mitos, legenda, cerita rakyat, dan cerita yang dianggap spekulatif. Dalam karyanya, ia memberikan perhatian yang sama pada hal-hal yang dianggap nyata dan hal-hal yang mungkin hanya legenda atau rumor. Ini telah menimbulkan keraguan terhadap keakuratan sejarahnya, karena sulit untuk membedakan antara apa yang benar-benar terjadi dan apa yang mungkin hanya merupakan cerita atau interpretasi subyektif.
- Keengganan untuk Mengungkapkan Sumber dan Metode:
Herodotus jarang mengutip sumber-sumber yang digunakannya atau memberikan penjelasan rinci tentang metode yang ia gunakan dalam menyusun sejarahnya. Kekurangan ini telah menjadi masalah bagi para sejarawan modern yang mencoba untuk memverifikasi dan memahami keabsahan informasi yang terdapat dalam karyanya. Tanpa penjelasan yang jelas mengenai sumber dan metode, banyak yang meragukan keandalan narasinya.
- Interpretasi Subyektif:
Herodotus cenderung memberikan interpretasi subyektif terhadap peristiwa dan tokoh-tokoh sejarah. Ia sering memperkenalkan pandangan pribadinya, nilai-nilai budaya Yunani, dan stereotip terhadap budaya asing. Hal ini dapat mengaburkan objektivitasnya sebagai sejarawan dan menciptakan keraguan terhadap kebenaran historis yang disampaikannya.
- Kelebihan Rasa Sensasional:
Herodotus cenderung mengungkapkan cerita dan peristiwa yang menarik dan mengejutkan dengan rasa sensasional. Ia tertarik pada anekdot yang menarik perhatian pembaca, meskipun hal tersebut mungkin kurang relevan dalam konteks sejarah yang lebih luas. Kebiasaan ini menyebabkan beberapa orang menganggapnya sebagai seorang "pembohong" yang lebih mementingkan sensasi daripada akurasi sejarah.