Sungguh, artikel ini bukan tentang dialektika antara NU dan Muhammadiyah, Salafi dan Ahlusssunnah. Tapi semata tentang tahlilan dan hikayat seorang teman (sebut saja namanya Muhallil), yang menurut saya layak diposisikan sebagai pakar tahlilan. Pokoknya, di bidang tahlilan, levelnya sudah tingkat profesor. He-he-he.
KEMBALI KE ARTIKEL