Tepat pada 05-Februari-2022, Organisasi yang bernama Himpunan mahasiswa Islam (HMI) merayakan Milad (hari kelahiran) nya yang ke 75. Sebagaimana telah menjadi tradisi di masyarakat seluruh dunia, ketika berbicara tentang hari kelahiran, baik itu di tataran personal atau komunitas sosial. Perihal ini sangat identik sekali dengan perayaan-perayaan simbolis maupun ceremonial untuk merefleksikan sesuatu ataupun me-regresi ingatan pada hal yang telah berlalu (silam) guna memunculkan harapan dan doa, ide dan gagasan ataupun hanya sekedar perayaan simbolik tanpa memuat substansi didalamnya.
Dalam artian lain, ketika kita kehilangan substansi dari sesuatu maka yang kita pegang sejatinya adalah aksidenta semata. Â Kehilangan substansi disini dimaksudkan sebagai kegagalan seseorang dalam menangkap makna dan inti dari sesuatu secara tepat dan akurat. Sehingga nya substansi tersebut akan berubah menjadi simbolis atau atributif semata. Nah di tulisan ini, kita akan menyelami judul di atas sampai ke dasar ataupun hal-hal yang fundamental dan radikal. Sebelum masuk kedalam ruang yang lebih jauh, alangkah lebih baiknya kita mulai dari pintu dan pondasinya agar lebih terstruktur dan sistematis dalam penjabaran nya. Untuk itu mari kita mulai dari definisi terlebih dahulu.
A. Refleksi
Secara etimologis, refleksi berasal dari bahasa inggris yaitu "reflection" yang berakar dari bahasa latin "reflectere". artinya adalah "Melengkung ke belakang". Sedangkan secara terminologi refleksi adalah meditasi yang mendalam untuk memeriksa sesuatu guna mendapatkan ide dan gagasan.
Sementara kata kritis, berasal dari kata "kritikus", "kritikos" Â yang artinya "menilai" atau ia mengidentifikasi kapasitas intelektual dan cara "menilai", "menilai", "untuk menilai", serta "mampu membedakan nya".
Kritis atau critical juga bisa didefinisikan sebagai upaya melibatkan penilaian yang terampil tentang kebenaran, prestasi, dll. Didalam sejarah, orang yang pertamakali dianggap sebagai "Bapak Kritis" ataupun orang yang pertamakali memperkenalkan metode berpikir Kritis adalah Sokrates. Ia telah menemukan suatu metode pembelajaran yang dikenal sebagai "Socratic Questioning" Dalam metode tersebut, Â ia menetapkan pentingnya mencari bukti yang teliti untuk menguji pemikiran dan asumsi-asumsi, analisis konsep-konsep dasar, dan menyampaikan implikasi ke luar yang tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi apa yang dilaksanakan. Â Lalu apa yang dimaksud dengan berpikir reflektif dan berfikir kritis ?.
Menurut Busthan Abdy Berpikir reflektif itu sifatnya internal, yaitu upaya menemukan ide-ide kritis di dalam diri sendiri (2016;134). sementara Berpikir kritis dalam pandangan John Dewey artinya adalah pertimbangan yang sifatnya aktif, persisten (terus-menerus) dan teliti, mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja, dengan dipandang dari sudut alasan yang mendukungnya, dan kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya (Dewey, 1909:9).(5). Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir reflektif-kritis atau Refleksi Kritis artinya berpikir secara terus menerus guna mendapatkan ide-ide kritis didalam diri sendiri atau suatu kelompok ataupun komunitas sosial.
Lalu kapan refleksi kritis itu muncul? Dan kenapa ia muncul ?. Kita akan coba menjawab nya dalam konteks optik geometris sebagai alat ukur nya. Didalam optik geometris "Refleksi (atau pemantulan) adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi (medium) asalnya, setelah menumbuk antarmuka dua medium". Refleksi atau pantulan cahaya terbagi menjadi 2 tipe: specular reflection (Refleksi Spekuler) dan diffuse reflection (Refleksi Difusi). Specular reflection menjelaskan perilaku pantulan sinar cahaya pada permukaan yang mengkilap dan rata, seperti cermin yang memantulkan sinar cahaya ke arah yang dengan mudah dapat diduga. Kita dapat melihat citra wajah dan badan kita di dalam cermin karena pantulan sinar cahaya yang baik dan teratur.
Sementara Diffuse reflection menjelaskan pemantulan sinar cahaya pada permukaan yang tidak mengkilap seperti pada kertas atau batu (6). Jika kita tarik dalam konteks ke-HMIan. Kita bisa menganggap bahwa Cahaya itu adalah Citra HMI sebagai kader umat dan kader bangsa dan pantulan dari sebuah obyek itu adalah konflik dan masalah yang dihadapi oleh HMI (Masalah substantif ; Bercahaya; dan sebaliknya). Dimasa lalu, HMI turut serta dalam perjuangan bangsa seperti meredam pemberontakan PKI Muso di madiun dan solo (1948), melawan agresi militer belanda (1949), sampai pada puncaknya yaitu turut andil menjatuhkan otoritarianisme orde baru (1998). Oleh karena masalah yang substansial tersebut, HMI menjadi lebih bersinar dan bercahaya. Dalam artian nya HMI bercahaya dikarenakan mampu menyelesaikan persoalan dan polemik yang dihadapi oleh umat dan bangsa (Refleksi Spekuler).
Namun kini agaknya, HMI malah terjebak dalam masalah-masalah yang tidak substantif (bercahaya). Oleh karena nya, Citra HMI pun semakin redup di bumi pertiwi ini. Tak mungkin obyek yang tidak mengkilap mampu memantulkan cahaya. Kita bisa melihat bagaimana HMI dewasa ini yang lebih sering berkonflik di internal nya sendiri sehingga wilayah-wilayah eksternal pun menjadi tidak terjamah. Itulah yang kita maksudkan sebagai "diffuse reflection" atau refleksi difusi. Lalu kapan Dan Kenapa refleksi Itu muncul? Tentunya karena ada pergeseran nilai yang terjadi dari forma ideal nya yang didorong oleh kesadaran, baik kesadaran individual maupun kesadaran kolektif. Seperti Tujuan HMI dipasal 4 AD, tatkala terjadi pergeseran nilai (konotasi negatif), maka hal Ini sangat potensial atau memungkinkan untuk melahirkan refleksi kritis untuk menghasilkan terobosan baru.
B. Milad
Kata Milad berasal Dari Bahasa Arab "Walada" yang berarti "Kelahiran". kata Milad merupakan Isim Mashdar dari Fi'il Madli yang sama. Di Indonesia sendiri Kita juga sering menjumpai Kalimat "Yaumul Milad" yang artinya "Selamat Ulangtahun". Nah, kita akan melacak genealogi tradisi Ini supaya tidak memunculkan kefanatikan kita pada penting atau tidaknya perayaan ini dilakukan. Kita akan Lacak dalam transisi tradisi perayaan nya dalam beberapa hal berikut :
1. Bangsa Mesir Memulai Tradisi Perayaan Ulang Tahun.
Jauh ribuan tahun yang lalu, saat Firaun memakai mahkota untuk bangsa Mesir Kuno, masyarakat menganggapnya sebagai wujud Dewa. Sehingga hari tersebut dianggap lebih penting dibanding kelahiran masyarakat biasa ke dunia. Tanggal kelahiran Firaun sebagai 'Dewa' tersebut terus dirayakan berulang kali setiap tahun.
2. Bangsa Yunani Menambahkan Lilin Saat Ulang Tahun
Sedangkan bangsa Yunani yang memperkenalkan tradisi lilin ulang tahun. Warga Yunani akan mempersembahkan kue berbentuk bulan untuk Artemis dengan beberapa lilin di atas kue. Mereka memakai lilin sebagai refleksi cahaya bulan dan kecantikan. Akhirnya tradisi ini dipakai banyak orang untuk merefleksikan ulang tahun sebagai awal kehidupan baru yang lebih bersinar.
3. Bangsa Romawi Kuno Mulai Rayakan Ulang Tahun Untuk Orang Biasa
Awal perayaan ulang tahun adalah untuk raja dan dewa, namun bangsa Romawi memulai perayaan ulang tahun untuk masyarakat 'biasa'. Orang biasa dapat merayakan ulang tahun dengan teman dan keluarga mereka. Mereka juga mulai mengenal tradisi memberi kado. Pada masa itu, kado yang berharga adalah tepung terigu, minyak zaitun, madu dan keju parut. Dengan catatan, hanya pria yang boleh merayakan ulang tahun. Wanita baru diperbolehkan merayakan ulang tahun pada abad ke-12.
4. Kue Ulang Tahun Pertama Diciptakan Tukang Roti Jerman
Di abad ke-18, perayaan ulang tahun mulai menyebar ke seluruh dunia, bahkan di China. Di Jerman, perayaan ulang tahun anak-anak haruslah ramah dan menyenangkan. Untuk membuat suasana lebih menyenangkan, dibuatlah kue ulang tahun yang awalnya berbentuk roti. Lalu di atas roti diberi lilin-lilin yang bila ditiup (mitosnya) dapat mengabulkan harapan.
5. Kue Ulang Tahun Manis dan Cantik Hanya Untuk Orang Kaya
Pada masa revolusi industri, kue ulang tahun dibuat lebih mewah dan manis, sebagai simbol manisnya pertambahan usia. Pada masa itu, roti dianggap sebagai makanan kelas biasa yang bisa dinikmati semua kalangan. Maka diciptakan kue-kue manis yang bentuknya cantik untuk perayaan ulang tahun keluarga-keluarga kaya. Tapi pada akhirnya, saat semua orang sudah bisa membeli bahan kue dan bisa membuat kue ulang tahun, tradisi ini menyebar ke seluruh dunia.
6. Lagu "Happy Birthday to You" Awalnya Adalah Lagu Selamat Pagi
Pada tahun 1893, Patty Hill dan Mildred J menulis lagu yang berjudul "Good Morning To All" untuk dinyanyikan oleh siswa-siswa di seluruh dunia. Saat lagu ini sampai di Amerika, keluar berbagai versi lain. Pada tahun 1924, Robert Coleman mengeluarkan buku lagu yang mengganti lirik lagu itu dan diulang-ulang menjadi lagu yang kita tahu sekarang, yaitu "Happy Birthday to You". (7).
Sebagai Negara bekas jajahan, tentunya proses asimilasi maupun akulturasi budaya/tradisi menjadi hal yang memungkinkan tradisi ini Sampai ke Indonesia. Maka tak heran jika dalam Milad HMI juga terjadi perayaan dengan memotong kue dan seterusnya.
C. Milad ke-75 HMI
Terhitung sejak berdiri nya pada 05-Februari 1947, HMI telah menjadi organisasi mahasiswa Islam tertua yang masih bertahan (eksis) hingga saat ini. Di tahun ini pula HMI telah berusia 75 tahun, tepat pada tanggal 05-Februari-2022. Pada milad ke-75 ini kita akan coba mengupas apa makna yang tersirat didalam nya.
1. Relevansi nya dengan Al-Quran
Kita akan mengambil surat ke-75 dalam Al-Quran yaitunya : Qs. Al-Qiyamah (Hari kebangkitan). Surah Al-Qiyamah ini tergolong ke dalam surah Makkiyah yang berjumlah 40 ayat. isinya menitikberatkan pada persoalan hari kebangkitan dan hari pembalasan sebagaimana yang tercantum dalam rukun iman. Secara khusus, Surah Al-Qiyamah membicarakan tentang hari kiamat dan prahara nya, keadaan manusia ketika sekarat, dan apa yang di alami oleh orang kafir ketika di akhirat kelak.
Ayat 1-4 menjelaskan tentang kebenaran akan datangnya hari kiamat atau hari kebangkitan yang mana Allah SWT bersumpah dengan hari kiamat dan menegaskan tentang kebenaran datangnya serta tidak ada keraguan didalamnya. Ayat 7-12 menjelaskan tentang sebagian tanda-tanda hari kiamat yang mengerikan seperti bulan gerhana, mata manusia bingung, makhluk dan umat manusia dikumpulkan untuk menerima perhitungan amal dan, hari pembalasan. Ayat 16-19 menjelaskan tentang keinginan Nabi Muhammad SAW untuk menghafal al-Quran ketika Jibril membacakannya. Beliau bersusah payah mengikuti Jibril dan menggerakkan lidah bersamanya ketika menghafalkan apa yang dibaca Jibril. Maka Allah memerintah beliau untuk mendengarkan bacaan al Quran dan jangan menggerakkan lidah.
Ayat 22-25 menjelaskan tentang pembagian umat manusia di akhirat menjadi dua bagian yaitu : Orang yang beruntung dan Orang yang celaka. Orang yang beruntung wajahnya bersinar cerah dengan cahaya dan memandang Tuhan mereka. Sedangkan Orang yang celaka wajahnya gelap dan diselubungi kehinaan. Ayat 26-33 menjelaskan tentang seseorang ketika sakaratul maut yang mengalami berbagai kesulitan dan ketakutan. Saat itu manusia mengalami kesulitan dan kesempitan yang tidak terbayang. Ayat 36-40 menjelaskan tentang keyakinan tentang dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar dan hari akhirat dengan dalil-dalil rasional. (8)
Sebagai organisasi yang berasaskan Islam, tentu nya kader-kader HMI tidak menepikan atau meragukan kebenaran datangnya hari kebangkitan. Sebab hal ini juga dijelaskan di dalam ideologi HMI itu sendiri yaitu Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) terutama di BAB I tentang Dasar-dasar Kepercayaan. Akan tetapi yang jadi persoalan nya adalah sudah sejauh mana kita berbekal dan apa yang telah kita persiapkan untuk menyongsong datangnya hari kiamat. Kita sebagai manusia tidak mengetahui pasti kapan datangnya, sebab Hanya Allah semata lah yang mengetahuinya. Dari pertanda tersebut tentu kita diberi ruang untuk berbekal setiap hari atau bahkan setiap detik menuju kehidupan akhirat kelak. Namun tampaknya kita sebagai manusia seringkali lalai, khilaf dan menunda-nunda taubat.
Hal ini sejenak mengingatkan kita pada pernyataan Hajriyanto Y. Thohari (Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah 1993-1997) bahwa HMI sejak satu dasawarsa terakhir semakin tidak terlihat sama sekali sibghah keislaman nya. baik keislaman nya, baik pada aktivitas maupun semangat intelektualitas nya. Dalam ukuran yang sederhana, Thohari Menyatakan, semangat mempelajari Islam dan mengamalkan nya jauh lebih bergelora pada gerakan mahasiswa Islam kontemporer. (9)
Tentunya kita mengerti dengan maksud pernyataan diatas. Sebagaimana dalam NDP Bah II "Pengertian-Pengertian dasar tentang kemanusiaan" Â bahwa mesti ada keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas untuk menuju kualitas insan cita, pengabdi dan insan kamil. Kelunturan kualitas-kualitas tersebut lah yang dimaksudkan pada pernyataan diatas. (10)
Kita bisa melihat bagaimana HMI dewasa ini yang mengalami masalah pelik dalam internal organisasi nya. Sehingga nya banyak sekali problem-problem yang sejatinya membutuhkan uluran tangan dari kader-kader HMI menjadi terabaikan akibat masalah internal tersebut. Seperti konflik dualisme di PB HMI yang berujung pada rekonsiliasi antara R.Saddam Al-Jihad dengan Arya Kharisma. Tak usai sampai disitu, telah muncul pula PJ Ketua Umum baru ditahun 2021 kemarin. Bahkan ironisnya, konflik ini berimbas kepada tingkatan BADKO, Cabang, bahkan Komisariat.
Jika kita relevansikan dengan surah di atas, maka HMI hari ini sedang mengalami krisis dan kejumudan berislam. Persoalan nya bukan lagi pada sisi intelektualitas dan pengetahuan nya akan Islam, tetapi pada aspek spiritual dan pengamalan nya. Di Bab II NDP di jelaskan bahwa sesuatu dapat menjadi nilai ketika ia telah melembaga dalam tindakan atau pengamalan , sedangkan di Bab 8 Penutup dijelaskan juga bahwa inti NDP yaitu Beriman, Berilmu dan Beramal sebagai sesuatu yang integral. Maka dari itu pengamalan akan ilmu baik yang sifatnya vertikal ataupun horizontal mesti lebih dimasifkan. Karena kita tidak tau hari kiamat itu kapan datangnya, tetapi kita bisa menyiapkan bekal untuk akhirat kelak dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita selama masih ada waktu dan kesempatan di atas dunia. Sebab dunia hanyalah persinggahan sementara untuk memproduksi amal shaleh menuju kehidupan selanjutnya.
2. Tafsir Angka Milad ke 74.
Melalui buku "Power of Numbers" Dr.Oliver Tan PhD, kita akan menafsirkan makna tersembunyi dari angka kelahiran Hmi dengan usia HMI saat ini. Yaitu dengan cara Mengkombinasikan angka akar dari hasil pencarian "05-Februari-1947" dengan "05-Februari-2022". Setelah melakukan perhitungan menggunakan metodologi didalam buku tersebut, maka dapat lah angka akar kombinasi nya adalah 5. Lalu bagaimana dengan tafsiran nya ?.
Tafsir angka akar kombinasi 5. adalah ketika ia bersama-sama, rintangan dan kesulitan akan terjadi. Anda harus bergerak ke sana kemari, Anda lebih sering mencari yang terbaik, halangan yang tidak terduga akan menanti tetapi ini membuat anda mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu. Angka 5 adalah angka penentu arah. Berdasarkan tafsiran ini, kita mesti berbenah untuk menjawab tantangan masa kini dan menyongsong tantangan yang akan muncul di masa yang akan datang. Seorang Kader HMI yang diartikan sebagai tulang punggung organisasi adalah penentu arah kemana organisasi HMI ini akan bermuara. Dan kita sama-sama berharap bahwa HMI kedepannya dapat membangkitkan lagi ghirah keislaman-keindonesiaan menuju "Arah Baru HMI ; Berdaya Bersama Menuju Indonesia Emas 2045" (sebagaimana yang terlampir pada tema dan twibbon Milad HMI yang ke-75. semoga saja HMI benar-benar bisa kembali ke Cita-cita idealnya yaitu "Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT"
D. Perjalanan panjang Himpunan
HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal  05 Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat pengurus Besar (Pasal 2 AD HMI). Berbicara mengenai Napak tilas perjuangan HMI, maka tak lepas dari bagaimana proses pendirian nya hingga masa sekarang. Dan ketika berbicara mengenai proses pendirian nya maka hal ini tak lepas dari Lafran Pane yang disebut-sebut sebagai Pendiri HMI.
1. Latar belakang berdirinya HMI
Secara umum, terdapat empat latar belakang berdirinya HMI, yakni:
a. Situasi Dunia Internasional
kondisi dunia islam yang semakin terpuruk, menimbulkan pertanyaan dari berbagai kalangan. Jika diteliti lebih dalam, umumnya penyebab keterpurukan ini diawali dari kemunduran berpikir hingga berlanjut pada kemandekan dalam berpikir. Ketika islam sudah mencapai masa kejayaan, hal yang patut diwaspadai adalah keteledoran. Umat islam yang berada di atas angin, mulai melupakan perjuangan untuk merintis islam lebih dalam. Akhirnya, mereka menjadi generasi penikmat saja, bukan generasi pejuang.
Akibat dari keterpurukan ini, muncullah suatu gerakan untuk mendongkrak semangat islam kembali. Gerakan ini disebut gerakan pembaharuan. Melalui gerakan ini, ajaran islam akan dikembalikan pada hakikatnya. Islam tidak hanya tentang hal-hal yang sakral saja, tapi islam juga berkaitan dengan pengamalan hidup sehari-hari. Sehingga, tujuan gerakan Pembaharuan ini, tak lain adalah untuk mengembalikan ajaran islam pada kebenaran, yakni dengan berlandaskan al-quran dan hadits. Dengan adanya gerakan ini, muncullah tokoh-tokoh gerakan pembaharuan. Seperti di Turki (1720), di Mesir (1807) dan pembaharu nya yang terkenal: Muhammad Iqbal, Muhammad Abduh, At-Tahtawi, Muhammad Abdul wahab, Sayyid Ahmad Khan, dll.
b. Situasi NKRI
Ketika Cornelis de Houtman menjejakkan kakinya di Banten pada 1596, seketika itu pula Indonesia mulai merasakan penjajahan yang dilakukan Belanda. Selama 350 tahun dijajah, ada tiga hal yang dibawa:
1. Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya,
2.Missi dan Zending agama kristiani,
3. Peradaban Barat yang kental sekularisme dan liberalisme.
Berkat perjuangan terus-menerus dan doa yang tiada henti, akhirnya pada 17 Agustus
1945, Soekarno-Hatta mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan. Menandakan bahwa Indonesia telah terbebas dari tangan penjajah selamanya.
c. Kondisi Mikrobiologis Umat Islam di Indonesia.
Kondisi umat islam sebelum berdirinya HMI, terbagi dalam empat golongan. Pertama: sebagian yang melakukan ajaran islam hanya sebagai kewajiban yang di adat kan seperti dalam upacara perkawinan, kematian dan
kelahiran. Kedua: Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan ajaran islam sesuai yang dilakukan nabi Muhammad. Ketiga: Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang
terpengaruh oleh mistisisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini hanya untuk kepentingan akhirat saja. Keempat: Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama islam. Mereka berusaha agar agama islam dapat dipraktekkan dalam keseharian masyarakat Indonesia.
d. Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia kemahasiswaan.
Ada dua faktor yang mendominasi ada Perguruan Tinggi (PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sistem yang diterapkan dalam
dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah pada sekulerisme yang "mendangkalkan agama di setiap kehidupan manusia". Kedua: adanya Perserikatan mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh komunis. Bergabungnya dua faham ini (sekuler dan komunis), melanda dunia PT dan kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya
"krisis keseimbangan " yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan hati, jasmani dan rohani serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
Adapun Latar belakang pemikiran Berdirinya HMI, sebagaimana kita tahu bahwa HMI didirikan atau diprakarsai oleh lafran Pane. Seorang mahasiswa STI di Yogyakarta yang ketika itu genap berusia 25 tahun. Ayahnya seorang tokoh pergerakan nasional di Sipirok dan dua saudaranya (Sanusi Pane dan Armijn
Pane) merupakan salah satu pujangga era klasik di indonesia. Lafran kecil, remaja dan dewasa yang nakal, suka memberontak dan "bukan anak sekolah yang rajin adalah identitas fundamental Lafran sebagai ciri paling menonjol dari independensinya. Perjalanan hidup lafran yang berliku dengan tanpa menyerah dijalaninya. Ia terus berusaha menemukan kebenaran sejati, sehingga terbentuk HMI. Ia berpikir, bahwa: "Melihat dan menyadari keadaan mahasiswa yang beragama islam pada waktu itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya." Hal ini, terjadi karena sistem pendidikan dan kondisi masyarakat pada waktu itu. Sehingga, perlu dibentuk wadah yang dapat merubah keadaan tersebut serta cocok bagi mahasiswa yang selalu inovatif untuk melakukan pembaharuan dalam segala bidang. Maka, dalam keadaan yang bergolak pasca kemerdekaan, harus ada yang ikut membela dan mempertahankan keutuhan NKRI serta mengusahakan kesejahteraan rakyat.
2. Saat-saat berdirinya HMI
Rencana pendirian HMI oleh Lafran Pane diawali dengan mengumpulkan sejumlah pemuda di daerah Kauman Yogyakarta, baik yang ada di Sekolah Tinggi Islam (STI), Sekolah Tinggi Teknik (STT) maupun yang berada di Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada untuk melakukan rapat. Rapat ini dihadiri lebih kurang 30 Mahasiswa. Diantaranya terdapat pengurus PMY (Persyarikatan Mahasiswa Yogyakarta) dan GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia). Rapat-rapat yang telah berulang dilaksanakan belum melahirkan perkumpulan karena ditentang oleh PMY dan GPII, bahkan tidak sedikit pula yang curiga.
Untuk penjajakan pendapat publik terhadap kemungkinan lahirnya HMI, Lafran bertukar pikiran dengan Prof.Abdul Kahar Muzakkir (Rektor STI saat itu). Prof.Kahar setuju dengan syarat organisasi yang didirikan tersebut tidak terlalu mencampuri urusan politik. Tidak berselang lama, gagasan Lafran telah menyebar dikalangan STI. Lafran segera menyiapkan Anggaran dasar dan nama organisasi yang akan ditawarkan yakni nya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Mantan penjual karcis bioskop sepertinya paham sekali asal tawaran film nya bagus, karcis tidak susah dijual.
Seiring semakin matang nya situasi yang mengiringi kelahiran HMI, Lafran tidak menyianyiakan momentum yang ada. Saat itu pada jam kuliah tafsir, dosen nya Hussein Yahya. Lafran meminta izin kepada beliau. Mengetahui Lafran Pane selaku Ketua III Senat mahasiswa STI, Hussein yahya mengizinkan meskipun belum tahu pasti tujuan pertemuan itu, namun ia tertarik menyaksikan peristiwa itu. Akhirnya, dengan segala persiapan. Hari Rabu Pon 1878, 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, Jam 16:00 sore, bertempat disalah satu ruangan kuliah STI, Jalan Setyodiningratan. Lafran Pane langsung berdiri didepan kelas dan memimpin rapat.
Lafran mengatakan : Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Islam, karena semua persiapan dan perlengkapan sudah beres. Siapa yang mau menerima Berdirinya organisasi mahasiswa Islam ini, itu sajalah yang diajak, dan yang tidak setuju biarkanlah mereka terus menentang.
4. Sosok Lafran Pane
Semenjak diadakannya kongres XI HMI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974, Lafran pane sah ditetapkan sebagai pemrakarsa atau pendiri HMI. Lafran adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922. Karena Lafran lahir dan tumbuh pada masa penjajahan, kehidupan yang dijalaninya tidak mudah, dan terkadang ia harus berpindah tempat untuk mengikuti orang tuanya. Pendidikannya pun tidak berjalan "normal" dan "lurus". Meski ia dikenal sangat nakal di sekolah, ia juga dikenal sangat cerdas. Ketika beranjak dewasa, ia mulai berpikir radikal dan mencari hakikat hidup sebenarnya. Pada Desember 1945, Lafran pindah ke Yogyakarta, karena sekolah STI (Sekolah Tinggi Islam) tempatnya menimba ilmu dipindahkan, yang semula berada di jakarta. Ia memperoleh pendidikan agama yang lebih intensif sehingga membuka jalan baginya untuk terus berpikir dan Berkarya.
Bagi lafran, islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena menjadikan umat islam bahagia dunia dan akhirat. Tahun 1948, Lafran pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat balai Perguruan Tinggi gajah mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gajah Mada (UGM), secara otomatis Lafran termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM,AIP berubah menjadi fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut, pada 26 Januari 1953. (15)
5. Visi Pendiri HMI
a. Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman
Untuk mengetahui dan memahami ajaran islam secara utuh, harus meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran islam. Islam menjamin, bagi siapa yang memeluknya, ia akan diberi kebahagiaan dunia dan akhirat. Tugas mulia umat islam adalah mengajak manusia kepada
kebenaran illahi dan kewajiban umat islam adalah menciptakan masyarakat adil,makmur secara material maupun spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan tersebut, ajaran islam dapat diamalkan dengan baik dan benar. Gagasan pembaharuan pemikiran islam pun hendaknya dapat menyadarkan umat islam
yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu.
b. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya
Kemajemukan.
 Sosial budaya masyarakat Indonesia, terkadang menimbulkan sisi baik dan buruk. Meski kemajemukan merupakan sumber kekayaan bangsa yang tak ternilai, tetapi keberagaman yang tak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Tujuan awal pembentukan HMI, juga tidak terlepas dari gagasan dan visi sosial budaya, yakni:
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran islam.
Adanya tujuan tersebut, HMI ingin agar kehidupan sosial-budaya yang Ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran islam sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial-budaya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, Tetapi perlu proses panjang.
c. Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HMI.
Komitmen untuk bersatu secara integral, sebenarnya telah terbentuk saat awal-awal berdirinya HMI. Sebagaimana rumusan awal tujuan HMI, yakni:
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia (terkandung wawasan keindonesiaan dan kebangsaan).
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran islam (terkandung pemikiran keislaman).
Itulah dasar perjuangan HMI dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keutamaan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan untuk menciptakan kader
berkualitas insan cita. Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di Malang tahun1969) sampai sekarang, "Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah". (16)
6. Fase-Fase Perjuangan HMI
a. HMI dalam Fase Perjuangan Fisik.
Dalam perjuangan fisik, HMI ikut berjuang ketika pemberontakan PKI di Madiun pada 1948. Pemberontakan tersebut, bertujuan untuk mendirikan "Soviet Republik Indonesia". Menanggapi hal tersebut, HMI menggalang
seluruh kekuatan mahasiswa melalui Corps Mahasiswa. Selama krisis tersebut, HMI rela meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan NKRI dari pemberontakan PKI dan menghadapi perlawanan pula dari agresi militer Belanda.
Sebagai anak umat dan anak bangsa, HMI berusaha memposisikan diri sebaik mungkin. Ia pun rela memanggul senjata demi keutuhan NKRI. Sebab, HMI berkeyakinan bahwa masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, HMI selalu berusaha untuk
mempersatukan. (17)
b. HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa.
Ketika PKI semakin merajalela di era 60-an, HMI berusaha untuk menggalang konsolidasi untuk melawan PKI. HMI berusaha untuk
mengumpulkan semua pihak non komunis agar PKI Madiun tidak mengancam persatuan kedaulatan bangsa, umat islam dan HMI itu sendiri. Sejatinya, ideologi komunis itu bertentangan dengan dasar negara kita, yakni pancasila.
Selain itu, PKI juga berusaha untuk menggulingkan pemerintahan yang sah.
Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan konferensi akbar di Kaliurang, Yogyakarta pada 9-11 April 1955, dengan keputusan:
1. Menyerukan kepada khalayak untuk memilih partai-partai islam.
2. Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi perdebatan dan tidak saling menyerang.
3. Kepada warga dan anggota HMI supaya:
a). Wajib aktif dalam pemilu.
b). Wajib aktif memilih salah satu partai islam.
c). Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih partai silam yang disenangi.
HMI mendapat banyak tekanan dari pihak yang tidak suka saat itu. Sebab, ada tuduhan yang menyatakan HMI kontra revolusi, dll. Akhirnya, HMI menggelar musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di jakarta pada
1962. HMI pun dapat selamat dari isu dan tuduhan miring, sehingga dapat berjalan hingga sekarang. (18)
c. HMI dalam Transisi Orde lama dan Orde Baru.
Tahun 1965, HMI kembali lagi terancam goyah. Namun, lagi-lagi HMI bisa selamat. HMI adalah salah satu organisasi yang menentang ajaran komunis kala itu, sedangkan PKI, Merupakan kekuatan sosial-politik yang besar di negara kita,
yang ingin membubarkan HMI. Bahkan, PKI sempat menyatakan: "kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja". Puncaknya, PKI melakukan pemberontakan pada peristiwa yang dikenal G 30 S/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut, dimulai dengan melakukan penculikan terhadap perwira tinggi AD, kemudian membunuh mereka. Menyikapi hal ini, HMI ikut membantu pemerintah untuk meringkus PKI dan mendukung ABRI. Bahkan, hingga lengsernya presiden Soekarno, yang digantikan oleh Soeharto, HMI tetap ikut berjuang menumpas sisa-sisa PKI dan menjalankan Pancasila serta UUD 1945.
d. HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa.
Sebagai kader HMI, kita harus memiliki kualitas insan cita, yang nantinya akan tercipta kader intelektual berlandaskan iman yang kuat. Adapun peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan, sbb:
1. Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim.
2. Partisipasi dalam pembentukan konsep.
3. Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan.
Dalam menjalankan peran tersebut, banyak rintangan yang dihadapi, salah satunya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI serta perpecahan HMI menjadi dua (HMI Dipo dan MPO).
e. HMI dan Fase pasca Orde baru.
Runtuhnya orde baru, menandakan dibukanya tatanan pemerintahan baru bagi bangsa Indonesia. Era reformasi pun dimulai. Namun, sampai saat ini reformasi masih berupa formalitas belaka. Reformasi kehilangan arah dan belum dapat terealisir karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan dengan harapan akan berumur panjang. (19) Peran HMI pun banyak
dipertanyakan oleh orang. Apakah HMI mampu bertahan ditengah ombak dan badai setelah selama ini tetap bertahan?.
Jika HMI tidak cepat berbenah, maka dapat diprediksi HMI akan bubar di MILAD nya yang ke 114 (Surah dalam Al-Quran). Terhitung sekitar 30 tahun lagi. Mengapa demikian? Karena masa depan yang akan kita Songsong kedepannya akan lebih pelik. Seperti kemajuan teknologi yang tak terbendung.. Otak kita masih otak purba, institusi kita masih institusi Romawi kuni, akan tetapi teknologi kita sudah mendekati Tuhan yang bisa memfasilitasi kebutuhan dan aktivitas manusia Secara otomatis dan Instan.
Seperti Revolusi Nano, Revolusi DNA, Artificial Inteligence (AI), Upload nya dan seterusnya. Dikatakan juga bahwa dimasa depan manusia akan menyatu dengan teknologi dengan cara menggabungkan otak manusia dengan komputer, manusia bisa memanage kematiannya dengan cara upload nyawa, manusia dapat bertukar kesadaran dengan manusia lain nya dll. Sehingga nya seperti yang diprediksikan bahwa agama dimasa depan adalah Sains.
Hasil prediksi Lembaga riset asal Amerika Serikat (AS) yaitu  "pew riset center" (PRC) misalnya. Ia memprediksi jumlah populasi islam akan di imbangi oleh kristen pada 2050 untuk pertama kali nya dalam sejarah. (20) D.dennet juga memprediksi kan agama akan punah sekitar 100-200 tahun lagi. Atau Yuval Noah Harari memprediksi kan agama akan punah sekitar tahun 2300/2400. Tentunya kader-kader HMI hari ini mesti peka terhadap keadaan dunia yang sedang berlangsung agar terus dapat mempertahankan, menegakkan dan menyiarkan ajaran Islam. Apalagi ditengah porak-poranda disrupsi teknologi yang membuat kita tidak lebih dari sekedar statistik, matematis, dan dipaksa mengikuti algoritma teknologi. Tentunya kita mesti melakukan manuver terhadap berbagai problem dan dilema yang ada, apalagi upaya memesinkan manusia secara total melalui teknologi. Sebab sejatinya kita adalah katalisator dan problem solver
Untuk itu, mari tumbuhkan kesadaran dalam internal dan eksternal supaya HMI dapat terus menjaga ghirah keislaman dan keindonesiaan sebagai substansi perjuangan nya. Dengan tantangan yang baru, Manusia-manusia baru (Regnerasi HMI), Menuju Arah Baru HMI. Sekian terimakasih, Semoga semua Makhluk berbahagia !.
Referensi :
Brown, Lesley. (ed.) The New Shorter Oxford English Dictionary (1993) hal. 551.
Dictionary.com . Diakses tanggal 09 Februari 2021.
Foundation for Critical Thinking. (1998). Critical Thinking Workshop Handbook. Santa Rosa, CA: Author.
Busthan Abdy. (2016). Model Pembelajaran Saskrim-5 is. Kupang: Desna Live Ministry.
Dewey John. (1909). How We Think. D,C. Health and Co. (5)
H. D. Young (1992). University Physics 8e. Addison-Wesley. ISBN 0201529815.Chapter 35. (6)
https://m.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3726110/asal-usul-perayaan-ulang-tahun-lengkap-dengan-kue-dan-lilinnya#:~:text=Awal%20perayaan%20ulang%20tahun%20adalah,mulai%20mengenal%20tradisi%20memberi%20kado.&text=Wanita%20baru%20diperbolehkan%20merayakan%20ulang%20tahun%20pada%20abad%20ke%2D12. Diakses pada 09 Februari 2021. (7)
https://m.dream.co.id/your-story/kandungan-surat-al-qiyamah-hari-kebangkitan-adalah-benar-2102019.html. Di akses pada 04 februari 2022. (8)
Panji Masyarakat, No.40/200. (9)
Tarigan, Azhari Akmal ; NDP HMI Teks, Interpretasi dan kontekstualisasi; Penerbit Simbiosa Rekatama Media, Cetakan pertama 2018. Hal 101-129. (10)
Tan, Oliver ; Power of Numbers. Penerbit AW Publishing, Edisi per dan Indonesia Januari 2011. Hal 110.
Sitompul, Agussalim Sejarah perjuangan HMI 1947-1975. Jakarta ; Misaka Galiza hal 19-20.
Modul Latihan Kader I (LK-I) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat Periode 2016. (15) (17)
Sitompul, Agussalim. Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa; RefleksiPemikiran Keislaman-Keindonesiaan HMI (1947-1997). Jakarta: Logos. 2002. (16)
Tanja, Viktor. HMI; Sejarah dan Kedudukannya Di tengah Gerakan PembaharuIndonesia. Jakarta: Sinar Harapan. 1982. (18)
Yusuf, Ramli. 50 Tahun HMI Mengabdi Republik. Jakarta: LASPI. 1997. (19)
https://www.dw.com/id/masa-depan-agama-di-dunia/g-37344902. di akses pada 04 februari 2022. (20)