Tujuan utama dari E'ERUK PULAGGAJAT adalah untuk memulihkan kembali hubungan atau keselarasan antara alam dan masyarakat, khususnya di Mentawai. Oleh karena itu, ritual ini dianggap sangat penting dan diwajibkan karena mampu memperbaiki hubungan antara alam, orang yang telah meninggal (korban), dan manusia yang masih hidup. Namun, pelaksanaan ritual ini tidaklah mudah. Keluarga korban yang bersangkutan harus mencari orang yang ahli dan memahami pelaksanaan ritual tersebut. Biasanya, mereka adalah Sikerei, Sikebbukat (tetua adat), atau orang yang memiliki keahlian khusus lainnya. Pemilihan orang yang tepat sangat penting karena kesalahan dalam melaksanakan ritual ini dapat menyebabkan korban lain yang meninggal dengan kasus serupa.
Ritual E'ERUK PULAGGAJAT juga mencerminkan kekhasan budaya Mentawai yang erat kaitannya dengan hubungan antar kelompok. Mentawai merupakan penghubung yang mempererat hubungan antarsuku, dan hal ini tercermin dalam pelaksanaan ritual tersebut. Setelah keluarga korban atau suku yang bersangkutan selesai melaksanakan E'ERUK PULAGGAJAT, suku lain secara inisiatif (tanpa perintah) akan menggelar ritual Pasiparon Tubu. Ritual ini bertujuan untuk memperkuat jiwa agar terhindar dari bahaya yang mengancam. Dalam arti lain, Pasiparon Tubu adalah upacara penguatan jiwa yang diberkahi oleh kekuatan Sabulungan.
Dengan demikian, E'ERUK PULAGGAJAT dan Pasiparon Tubu tidak hanya menjadi ritual budaya, tetapi juga simbol dari harmoni dan solidaritas masyarakat Mentawai dalam menghadapi tragedi kehidupan.
ATANASIUS JERVI