Air mata tidak selalu mencerminkan kecengengan infantil, tetapi memantulkan kekuatan batin dari kedalaman penghayatan. Revolusioner-revolusioner ulung Ir. Soekarno misalnya gampang terharu dan meneteskan air mata. Tetapi, linangan air mata Sang Proklamator adalah air mata kekuatan yang menempatkan nestapa rakyat sebagai sumber keharuan. Air mata baginya adalah satu-satunya jalan, cara bagaimana mata berbicara ketika bibir tak kuat lagi menjelaskan apa yang telah membuat perasaannya tersobek.
KEMBALI KE ARTIKEL