Sang Penulis, yang aku pikir adalah seorang India dan bekerja sebagai Profesor di Warwick University Inggris Raya, tampak kecewa dengan posisi perguruan tinggi India dalam berbagai perengkingan, salah satunya versi QS. Pencapaian tertinggi diperoleh IIT Mumbai, dengan bertengger diurutan 187 dunia. Untuk merubah keadaan itu, dia menganjurkan agar pemerintah mengedepankan "Kualitas ketimbang Kuatintas". Maksudnya?
Sang Penulis mengkritik kebijakan pemerintah India yang lebih sibuk membangun banyak universitas. Walaupun diakui bahwa cara itu mampu menaikan jumlah universitas, namun sangat disayangkan, karena membuat aliran pendanaan menjadi kecil bagi tiap universitas. Pemerintah India lebih berfikir bahwa WCU dapat dicapai dengan memprioritaskan pembangunan gedung dan fasilitas, ketimbang berfikir tentang peningkatan kualitas sumber daya, kebijakan yang berpihak kepada dunia akademis, dan kemampuan finansial universitas.
Alih-alih pulang kampung untuk bekerja, seorang peneliti brilian lulusan Ph.D. dari luar India lebih memilih menjadi asisten professor di Amerika. Ini murni masalah gaji. Amerika memberikan lebih besar ketimbang India. Kalaupun kembali, para lulusan terbaik itu malah memilih bekerja di perusahaan besar ketimbang terjun menjadi akademisi.
Selain gaji, hibah-hibah bagi penelitian pun rendah. Hibah dari pemerintah dibutuhkan itu untuk pengembangan (upgrade) akademik melalui seminar-seminar, workshop, ataupun berkolaborasi dengan penulis-penulis luar India. Bagi experimental scientists, laboratorium dengan kelas "state-of-the art" sangat dibutuhkan.
Jika kita sadar bahwa persyaratan finansial bagi terciptanya WCU sangatlah tinggi, maka opsi yang paling cocok adalah menghapuskan kebijakan penyamaan gaji dan pengaturan yang seragam tentang hibah, dan lainnya, bagi universitas-universitas yang ada di India.
Pemerintah tidak perlu lagi berfokus membangun banyak universitas, tapi hanya cukup membangun 3 sampai 4 universitas saja, dengan fasilitas riset modern dan gaji yang tinggi. Berikan universitas-universitas ini otonomi yang luas, dan jauhkan dari campur tangan pemerintah maupun pihak-pihak tertentu. Walaupun idealnya, universitas ini nantinya memiliki program sarjana dan pascasarjana, namun jumlah program studi sarjana lebih baik tidak banyak.
Sang Penulis sadar bahwa pendekatan ini akan menimbulkan ketidakadilan di dunia pendidikan dan mengarah kepada elitisme. Namun dia berpendapat bahwa itu merupakan harga yang harus dibayar untuk menuju ke pentas WCU.