Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Sarungan atau Jubahan... atau Klimisan...

8 Juni 2014   18:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:42 102 3
Apakah saat ini umat Islam terbelah antara Kaum Sarungan dengan Kaum Jubahan ? tentu hal ini akan dibantah oleh Habib Syech... Kulo niki jubahan tapi santri kulo sarungan, Kulo niki qosidahan, tapi santri kulo slanker, mboten masalah..!!.. Nggih Bib, bilih jenengan kulo percados.......

Tapi dikotomi dimasyarakat antara santri sarungan dengan santri jubahan mulai nyata di depan kepala, di Masjid-Masjid santri jubahan biasanya ngumpul di pojok-pojok Masjid, tidak tahu apa yang didiskusikan tetapi tidak ada tawa disana (Karena saya pernah mencoba ikut nimbrung, mereka tiba-tiba diam sambil senyam senyum), sementara santri sarungan cangkrukan di emper-emper Masjid sambil merokok, ngopi, bercanda atau melakukan perencanaan aksi ...entah aksi untuk muludan, isro' mikroj, lomba ping pong, badminton atau sekedar aksi pemetaan duren, nongko, manggis yang ada di sekitar Masjid....entah itu milik siapa..

Pernah suatu saat komandan santri jubahan datang, tiba-tiba mengambil posisi imam.. Mbah Kaji yang datang belakangan seperti terkejut ada yang berani ngambil singgasananya yang telah dikuasai berpuluh-puluh tahun... kami (santri sarungan) menunggu reaksi dari Mbah Kaji atas kudeta itu... ternyata Mbah Kaji santai dan mengambil posisi makmum, kami yang tertegun tidak sempat mengamankan Mbah kaji...jadinya di shaf depan dikuasai oleh santri jubahan, yang tidak seperti biasanya di shaf paling belakang ...

Kudeta di Shalat Isya' itu membuat kami terhenyak, ya posisi Mbah Kaji sebagai imam sudah puluhan tahun sejak Masjid ini berbentuk langgar/surau..lagian keluarga mbah kaji kan yang punya tanah ....jadi bagi kami nggak sopan merebut kekuasaan dari Mbah Kaji....yang membuat tidak nyaman, tahlil dan do'a setelah Shalatnya berbeda dengan kebiasaan kami.... jadinya mulut jadi umak-umik... purak-purak..padahal asli nggak tahu maksudnya..hahaha...

Tidak ada yang menyalahkan kalau komandan si Jubah jadi imam, tetapi kudeta yang dilakukannya sungguh tidak elok, tanpa permisi dan tanpa memahami kultur yang ada di masyarakat kami. Sebuah pertanyaan besar bagi kami, mengapa sauda-saudara kami yang berjubah mengimpor kyai dari Pakistan, apakah ilmu para kyai kita tidak cukup, kehebatan Mbah Kaji dalam menghapal Quran dan Hadist serta mengupas hukum-hukum Islam secara manusiawi...tanpa menghukum atau berpihak masih kurang cukup, atau para Kyai Pakistan ini sudah tidak laku di sana?

Padahal pada kesempatan dialog setelah selesai Do'a..jelas pemahamannya tentang hukum Islam jauh dari apa yang kami harapkan... ini Indonesia Bung, bukan Pakistan..Perempuan bagi kami adalah ibu yang melahirkan dan mengajari kami tentang kasih sayang... bukan sekedar perhiasan dunia.. Istri bagi kami adalah mitra untuk mendidik anak, bukan pemuas nafsu belaka....Jauh..jauh sekali dengan norma yang selama ini tertanam di benak kami... dialog itu membuat kami berubah cara pandang kami tentang wanita yang berjubah.. sungguh kasihan mereka.. tapi mengapa kalian mau menerima, di sini kalian equal dengan kami... kalian boleh berjubah tapi berperanlah, kalian tidak akan kami rajam, kalian tidak akan kami perkosa, karena nafsu kami tidak sebesar itu, pemerkosa di Negeri ini lebih suka pada anak kecil... seharusnya anak kecil yang berjubah di Negeri ini (kalau alasan berjubah untuk menghindari Syahwat)...

Tiba saat pilpres... sebagian santri berjubah melepas jubahnya dan memakai baju putih dan celana cingkrang, ada tanda merah darah di dada kirinya....Opo maneh kuwi? mereka tiba-tiba ramah kepada kami, mau ikut nimbrung di pendopo depan Masjid.. berbicara tentang sosok pemimpin, sosok yang katanya tegas, sosok yang pernah kami sengiti.. yang hanya menjadi bahan bully beberapa saat lalu saat Pileg gara-gara Kuda, Helikopter dan Puisi tak jelas maksudnya..tiba-tiba menjadi sosok idaman mereka....Hadeh... memang kita berbeda, tapi tak apalah kami hanya mendengarkan saja... pokoknya jangan sampai membodohi.....

Pada suatu sore, mereka datang lagi, mereka merasa kami tetap bersama Pak De-ne... mereka mulai melancarkan aksi membuli pilihan kami, tidak tegaslah, antek amerikalah, keluarganya kristenlah, aslinya kristen dan semua kampanye hitam itu meluncur dari mulut mereka.....

Wonokairun : "Tak jar-jarno COCOTmu tibake JANCUK!!!", ya tiba-tiba Wonokairun marah.. sosok Idolanya dipersepsikan buruk, "Koen Gak eruh lek Jagoanmu iku Asline Kristen, gara-gara Slangkangan ae malih Islam, Mboke Kristen....bla..bla..bla....PAD Solo Munggah jarene Mudun...."  (Kamu ndak tahu ya kalau kalau jagoanmu itu sebenarnya Kristen jadi muslim gara - gara selangkangan, ibuknya kristen... bla...bla.... PAD Solo naik tapi dikatakan turun...) dan banyak lagi meluncur dari mulut Wonokairun.....

Mereka tiba-tiba terdiam, mereka sadar yang mereka hadapi bukan kaum yang bisa diubah pendiriannya dalam sesaat, apalagi dengan fakta-fakta bersumber dari Kompasiana, facebook atau blogspot, fakta-fakta Zonk....

Lik Basiyo :"Wis run, wis.... gini mas, kalau mas tahu kami ini milih berbeda dengan sampeyan bukan karena sesaat, tapi dari hasil diskusi panjang, sejak jaman beliau jadi walikota Solo sudah jadi taruhan bagi kami, apakah beliau akan jadi gurbernur DKI atau Gurbernur Jawa Tengah.... jadi jangan jejali kami dengan pepesan kosong yang barusan dijejalkan di otak sampeyan"

Wonokairun :"Lek Jagoanmu tegas, duduhno contone lek dekne Tegas!!!" (kalau Jagoanmu Tegas, Tunjukan satu bukti kalau dia tegas)

Si Klimis :"Dia khan mantan pimpinan tentara pasti tegas, buktinya pasukannya patuh!!"

Wonokairun : "Tak omongi yo... Misale Banci dadi Danramil, tak jamin Babinsane Patuh..mangkane disebut Komandan.. dudu Ketua opo Kepolo, GOBLOK!!" (tak kasih tahu ya...Misalnya BANCI jadi DANRAMIL saya jamin Babinsanya Pasti Patuh, karena itu disebut Komandan, bukan Ketua atau Kepala, Goblok!!)

Mbah Kaji : "Sik-sik... meneng.. aku arep ngomong..., Le ngomongo nang Kyai Paskitanmu, lek Ngimami ojok milih surat sing dowo-dowo, ndik kene maksimal 12 ayat ae... soale akeh sing rematik.. sikilku gringgingen, dengkulku linu" (Sebentar-sebentar, saya mau bicara, saya titip pesan sama kyai Pakistanmu, kalau ngimami jangan panjang-panjang, disini biasanya maksimal cumak 12 ayat, soalnya banyak yang rematik.. kemaren aja kakiku kesemutan dan lututku linu)

..GLODAK,,,,,,hadeh......

Salam Kompasiana

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun