Dua hari lalu TV one masih memberitakan kegiatan Padel Muhammad yang menyambangi gudang garam impor dari India. Dengan tegas Fadel menyatakan impor ini melanggar ketentuan karena bersamaan dengan panen garam disebagian petani. [caption id="attachment_137805" align="alignnone" width="620" caption="poto kompas.com"][/caption] Keberanian Fadel menentang kebijakan Memperindag Marie Pangestu sempat menjadi isu nasional dan Nampak jelas Pak Sby gagal meredam konflik yang keluar dimedia massa, tidak heran keberpihakan fadel ini menjadi secercah harapan bagi para petani dan nelayan. [caption id="attachment_137804" align="alignnone" width="620" caption="poto kompas.com"][/caption] Sayangnya sikap keras Fadel ini kurang disukai oleh Pak SBY pastinya juga oleh Aburizal Bakrie, karena kepopuleran gaya fadel yang lugas dan tegas bisa-bisa membuat banyak pihak gerah dan resah baik dari sisi ekonomi maupun politik saat ini dan 2014. Kebijakan negative Marie tidak hanya hanya soal impor garam, juga impor kebutuhan bahan pokok, dari kentang, beras dan beberapa komditi bahan pangan lain, serba impor walau petani sedang panen raya. Petani Kentang demo, bahkan petani bawang mengeluh kenapa kran impor terus dibuka sementara petani sedang melakukan panen. Semua kebijakan salah kaprah Marie Pangestu hanya Fadel Muhammad yang berani menentang dikabinet SBY, sementara Mentan terlalu asik dengan angka-angka ekspor hasil pertanian yang lebih berbasis pada sektor perkebunan, terutama sawit, kopi dan teh dan beberapa komoditi laiinya. Sementara sektor pangan hampir tidak kelihatan kinerja Mentan Suswono, yang menonjol malah kasus sapi impor yang diduga banyak "kegelapan disana" dan diinvestigasi tuntas oleh Majalah tempo. Memblenya menteri pertanian membela para petani yang dihantam diperindag sebuah bukti bahwa mentan tidak bisa melihat pertanian secara keseluruhan, bahkan rencana diperindag untuk menghapus Bea masuk susu impor menjadi nol persen seakan luput dari perhatian ditengah hiruk pikuk reshuffle. Pada saat bersamaan industri kelapa sawit yang dijadikan dasar iklan kesuksesan yang dimuat oleh media saat ini sudah diembargo oleh negara-negara eropa dengan alasan kebun sawit merusak lingkungan. Padahal isu ini dibuat untuk melindungi petani kedelai eropa yang kian terisisih karena kalah bersaing dengan kelapa sawit dari sisi ekonomis walaupun subsidi buat petani kedelai terus digelontorkan oleh negara-negara eropa. Dinegeri ini, yang katanya tanahnya subur, gemah ripah loh jinawi, petaninya bukan dibela, bahkan "dibunuh" demi kepentingan sesaat para pencari rente yang berkolaborasi antara pengusaha, penguasa dan negara eksportir. Itulah sebuah gambaran, betapa amburadulnya kebijakan industri pertanian Indonesia, yang berpihak ke petani disingkirkan, yang menghancurkan petani malah dibela, Marie pangestu kini bergeser posisi menjabat menteri Parawisata dan ekonomi kreatif, sementara Suswono tetap pada posisinya. Saat bagi para petani untuk tidak terlalu berharap kepada pemerintah, teruslah berjuang, semoga suatu hari kita mendapatkan pemimpin yang peduli dan berpihak kepada petani.
KEMBALI KE ARTIKEL