Kita sudah tahu Nazaruddin tersangka korupsi dengan segala aktingnya yang membuat publik binggung, tapi tidak lantas Pak Tifatul pada Moment Khutbah Idul Fitri yang disaksikan ratusan jamaah dan disiarkan dibanyak media TV walau hanya berita harus menyebut personal.
Nazar bukan satu-satunya pelaku korupsi yang banyak ulahnya, masih banyak buronan kakap laiinya, termasuk kader Partai Pak Tifatul.
Seharusnya pesan itu tidak hanya untuk Nazar, tapi untuk semua pelaku korupsi, jangan sampai moment Idul Fitri ini dicemari oleh khutbah yang bernuansa kepentingan pribadi atau kelompok.
Saya kira Pak Tifatul pada saat berkhutbah, bukanlah mewakili kelompok atau partainya, tapi sebagai pemuka agama Islam entah apa itu partainya, sukunya atau seberapa banyak dosanya.
Pada saat Tifatul menyebut Nama Nazar, para jamaah terkesan mengejek Nazaruddin, saya kira itu tidak pantas, bagaimanapun seperti kata Tifatul " Sejengkal kita mendekat kepada Allah, Allah mendekat sehasta. Kalau kita mendekat sehasta, Allah akan mendekat sedepa, kalau kita berjalan menuju Allah, Allah akan berlari kepada kita. Artinya bahwa peluang kita untuk bertaubat memperbaiki diri itu masih terbuka," http://www.tribunnews.com/2011/08/31/tifatul-sempat-tak-akui-sebut-nama-nazaruddin-di-khutbah
Artiinya dipandangan Allah, sebesar apapun dosa kita selalu ada peluang untuk diampuni. Lantas akankah orang yang dipermalukan didepan umum pada moment Idul Fitri ini bisa tersentuh hatinya?.
Urusan dia dengan Allah biarlah Nazar yang urus, urusan dia dengan penegak hukum biarlah KPK yang urus, urusan komunikasi biarlah Pak tifatul yang urus.
Saya kira, akan lebih bijak jika mengajak seseorang kejalan kebaikan dengan santun, karena memang itu ajaran Nabi dan rasanya Islam itu akan indah, jika tidak dicampur adukkan antara kepentingan pribadi /kelompok dalam Dakwah.
Inilah penggalan Khutbah Tifatul Sembiring yang menyebut Nazaruddin:
"Wahai Nazaruddin, jangan dikira, kalau kita berbuat sesuatu Allah tidak lihat. Tak ada yang tahu kecuali Allah SWT. Tidak gugur satu daun, dan tidak gugur satu biji di kegelapan malam. Allah Catat, biji saja Allah catat, apalagi manusia. Seolah-olah dia tidak paham Quran, seolah-olah Allah tidak dekat dengan manusia, padahal Allah dekat dengan urat lehernya sendiri," .
Nah bagaimana menurut pandangan kompasianer, pantaskah Penyebutan Nama Nazarudin secara Khusus Pada Saat Khutbah Idul Fitri.?