Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

[Masih] Menanti Subuh

5 Januari 2012   01:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 57 0
4 Januari 2012 3:26 waktu laptop. Udara dingin mulai berhembus sejuk beraroma basah. Namun ini bukan satu-satunya udara sejuk yang aku rasakan. Aku menciptakan udara sejuk itu dalam kamar setengah penuh kegelapan. Ya… hanya penerangan monitor laptop yang membuatku masih bisa melihat sekarang. Ku kenang hariku hingga saat ini. Ada senyum kecut di wajahku. Senyum yang menandakan bahwa ada sesuatu dihariku, berbaur dan membentuk senyum kecut. Senyum karena hari ini aku masih bisa mengayuh roda otakku sehingga bisa berpikir dan menulis. Kecut karena ada momentum kecil yang membuat hatiku mencelos perlahan. Tapi tak apalah… biarkan saja. Aku bisa membentuk hatiku kembali utuh, hanya dengan sedikit cinta, kekuatan dan kemauan. Punggungku berkeretak menunggu subuh. Seharian menjalani banyak aktivitas dengan punggung menegak membuat tulang punggungku menopang beban tubuh yang masih kuat menatap hidup. Sesekali tubuh ini membungkuk meratapi hidup yang terasa tidak adil mungkin. Tapi begitulah… bukankah adil tidak harus sama banyak, sama berat dan sama besar? Disetiap waktu, tubuh ini mencium tanah pijakan, pertanda kerendahan diri atas Sang Pemilik Jiwa, yang Maha Membolak Balikkan Hati. Di sana, aku belajar banyak tentang arti kejujuran, kepatuhan danpengabdian yang sesungguhnya. Sungguh, hatiku kembali mencelos malu mengakui segala keangkuhan diri yang merebak. Mempertontonkan diri dengan sesuatu yang tak hakiki. Terlalu liberal aku melihat diriku tanpa pernah menyadari kepastinya jiwaku yang mungkin saja berakhir saat ini. Kutundukkan kepala, masih menanti subuh. Menanti panggilan-Nya yang bergema disegala penjuru dunia yang akan merasakan hangatnya sinaran mentari. Kubiarkan diriku berpeluh dalam perjalanan menuju pengakuan dosa. Pengakuan oleh hati ke hati. Menyentuh bagian lazuardi memohon pemutihan catatan penuh dari sebelah kiri. Masih menanti subuh. Belum ada pertanda dari terompet alam bahwa subuh telah tiba. Tapi aku bisa mencium kehadirannya sudah ada disekitar sini. Tidakkah kau lihat di ufuk sana sudah mulai matahari sudah bosan berada dibalik gunung. Seperti itulah hidup, akan berawal di ufuk timur dan menepi di ufuk barat. Saat ini matahari kehidupanku entah berada di mana… mungkin berada tepat diwaktu bayangku sudah menghilang. Entahlah… itu rahasia di Arsy sana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun