Waktu masih bocah, saya atau adik saya sesekali ikut bapak pulang kampung. Saat itu nenek kami masih ada, tinggal berdua ditemani seorang anak perempuannya, atau bibi kami, di rumah peninggalan kakek.
Ada satu pengalaman yang saya ingat betul. Ketika terbangun dari tidur, di kampung nenek yang belum ada listrik, saya merasakan hal yang sangat aneh. Suasana terasa hening, sepi. Ini sangat kontras dengan perasaan saya kalau baru bangun tidur di rumah orang tua kami di pinggiran kota, yang sudah hingar bingar sejak subuh karena banyaknya manusia.
Setelah mengenang pengalaman masa kecil yang muncul tiba-tiba tersebut, saya lalu iseng, coba membayangkan bagaimana perasaan seorang raja ketika ia terbangun dari tidurnya di pagi hari. Tempat tidurnya sudah pasti nyaman. Tapi apakah ia bisa tidur nyenyak seperti halnya yang kami rasakan saat masih bocah dulu?
Jadi raja itu kata orang enak. Saya tidak tahu enaknya seperti apa karena memang belum pernah jadi seorang raja. Yang bisa saya lakukan paling berimajinasi. Sambil mengingat-ingat dongeng masa kecil tentang kehidupan raja-raja di negeri antah berantah. Yang ditulis oleh H.C. Andersen di majalah Bobo. Gen-Z kemungkinan jarang atau bahkan belum pernah mendengar dongeng-dongeng tersebut, apalagi nama pengarangnya. Kalau Gen-K atau generasi kolot, insyaallah masih banyak yang ingat.
Kini saya tinggal di era modern. Negeri kami diperintah oleh seorang presiden. Tapi presiden kami konon katanya berpikir seperti seorang raja, tepatnya Raja Jawa. Saya tidak tahu persis apa yang dimaksud dengan Raja Jawa tersebut. Apakah seperti Sultan Hamengkubuwono X yang kini secara simbolik dianggap sebagai Raja di wilayah Daerah Istiwewa Yogyakarta. Atau seperti raja-raja Jawa yang lain, sebagaimana dinarasikan dalam buku-buku sejarah yang pernah saya baca waktu dulu sekolah di SMP. Â Â