“Selamat ulang tahun sayang. 27 Oktober tahun lalu kau hadir tertawa bersama denganku aku masih ingat ketika itu kau menciumku dengan begitu mesra. Sebuah kecupan yang takkan pernah kulupakan. Ditambah lagi, kau masih sempat mengatakan kalau kau mencintaiku. 27 Oktober ini, kau juga hadir dan tertawa lagi bersamaku. Tapi apakah kau sudah bosan dengan mengatakan kalau aku sayang kamu? Tapi biarlah. Aku sayang kamu. Terima kasih sayang mau menemaniku.”
Ingin aku tunjukkan tiramisu ini kepada benda langit sehingga mereka tahu aku bukan orang bodoh seperti mereka. Aku tak tahu apa yang mereka tertawakan. Lagipula mereka hanya dibutuhkan ketika matahari mulai beristirahat. Aku? Aku selalu diperlukan setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap saat. Aku mulai berkata lagi,
“Sepertinya sudah saatnya kita dimanjakkan oleh kasur dan bantal ini. Tenanglah sayang, aku takkan pernah meninggalkanmu. Ayo kita tidur dan dengan cepat mengusir benda langit malam ini yang tak ada gunanya sama sekali. Selamat malam sayang. Semoga tidurmu nyenyak.”
Aku menarik selimut tebalku untuk menyelimuti aku dan dia. Aku memelukanya erat-erat, menciumnya dan tanpa sadar aku tertidur di pelukan dia yang bernama Teddy Bear.
Maryo Anugerah Sarong