Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Pilihan

Timnas dan PSSI dari Masa ke Masa

2 Desember 2014   19:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:14 296 0
Sepakbola Indonesia, kalau mendengar kata-kata ini saya jadi teringat jamannya ponirin meca, Zulkarnain Lubus, Anshari Rangkuti, Rully Nere, Adolf Kabo, Ricky Yacob, dan lain lain. Jujur saya adalah fans Timnas Indonesia dari kecil, dan sejak kecil pun saya belum pernah melihat Timnas Juara. BELUM PERNAH.
Saya mencari-cari rekaman video di you tube pola permainan Timnas dari zaman pelatih sinyo aliandoe, tapi ga saya temukan. Seingat saya prestasi terbaik Indonesia hanyalah hampir masuk piala dunia dan kalah 4-1 dari korsel di senayan.
Lalu memasuki tahap zaman primavera, dimana saat itu anak-anak muda Indonesia seperti diantaranya, Kurniawan dwi Juliyanto, Indrianto Nugroho, Kurnia Sandi, masuk dalam program pengiriman pelatihan sepak bola di Italy, dengan mengikuti kompetisi domestik.
Hasilnya?...
Tetap gagal total.
Kemudian di lanjutkan dengan program Timnas Bareti, dsb, hasilnya juga tetap sama.
Kita terbiasa memaklumi kekalahan demi kekalahan, pola permainan timnas tidak ada yang berbeda mau itu latihan di Italy, atau uruguay. Ga ada bedanya.
Saat bertanding di event resmi, lagi-lagi pola tidak terbentuk, fisik yang habis, passing yang salah, seolah kehilangan sentuhan yang diperoleh saat latihan.
Saya melihat hanya ada dua kemiripan permainan timnas di era sinyo aliandoe dan Indra Safrie, mereka hampir memainkan pola yang sama, dari kaki ke kaki, perlahan naik, hanya saja mungkin timnas U19 memang fisiknya lebih baik dari Timnas era sinyo Aliando.
Sedangkan timnas di era yang lain sama semua, direct long pass, mengandalkan kecepatan para pemain depan, baik sayap atau penyerang tengah.
Salah satu kelemahan dari Timnas asuhan Indra Syafrie adalah, minimnya kreativitas, dan kelemahan pemain belakang yang tak memiliki kecepatan, karena mereka hanya kuat di penjagaan bola tapi tidak mampu menganalisa umpan-umpan lawan.
Dan yang terkini adalah yang terburuk menurut saya, timnas AFF 2014, dibawah Alferd Riedl, benar-benar tidak memiliki pola serangan, mudah panik, dan fisik yang buruk.
Saya kemudian mulai membaca, banyak supporter yang meneriakan agar PSSI di reformasi, di hapuskan mafia sepakbola. Kalo ini sudah tentu akan saya dukung. Tapi masalahnya kepada siapa tuntutan ini kita ajukan? Kepada PSS kah?..
Bukan!
Tentunya kepada Kemenpora kita sekarang, pak Imam Nahrawi, yang punya kapasitas dan bertanggung jawab terhadap pembinaan olah raga dan menaungi seluruh organisasi olah raga di negara ini.
PSSI, sebuah induk olah raga, yang mengatur regulasi kompetisi, jadwal kompetisi, program pembinaan dalam rencana jangka panjang dan jangka pendek, saat ini di isi oleh orang-orang politik, memang bukan jaminan dengan mengganti orang-orang di PSSI, dengan orang-orang aktivis sepakbola atau mantan atlet, maka sepak bola kita pasti berkibar?.. ngga juga! tapi dengan diisinya sebuah Induk olah raga yang dipergunakan dan hanya di jadikan kendaraan "dagangan" oleh para petingginya, maka tak ayal, komersialisasi terhadap Timnas yang notabene adalah milik negara, akhirnya berujung SIAL.
Mereka punggawa-punggawa Tim Nasional pun tahu, saat mereka bergabung di Tim Nasional, apakah bonus utuh sampai ke tangan mereka?.. apakah tunjangan dari organisasi utuh mereka terima?.. adakah atlet yang menyuarakan ini?.. mereka semua hanya bilang, "bonus sudah diterima"
Petaka demi petaka terjadi, masih hangat di ingatan kita bagaimana proses terbentuknya PSSI yang sekarang, bagaimana bahkan organisasi pemain sepakbola pun terbagi dua. Hancur sudah Sepak bola kita.
Lalu apa yang bisa kita lakukan demi sekedar berteriak "kita juaraaaaaa"?.. mengapa PSSI tidak pernah duduk bersama dengan para supporter dan pengamat sepakbola, untuk berdiskusi? Kenapa mereka selalu menjaga jarak dengan akar rumput?
Iya, mereka hanya takut kekuasaannya hilang, terenggut, digulingkan, entah apa untungnya jadi ketum PSSI, ketum BTN, entah, sampai sebegitu kusutnya organisasi sepak bola dinegara kita. Kita tidak perlu uang PSSI, silahkan ambil dan keruk semua keuntungan, sampai anda-anda puas dan habis sepak bola kita, tapi mana prestasi yang di janjikan??..
Masih Nol besar!..
Maka tidak ada jalan lain, kita harus turun ke jalan!.. memaksa revolusi sepakbola kita, karena kini sepakbola Indonesia ada ditangan kita semua!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun