Pasti anda tahu berita yang terkini tentang Vicky, seorang tunangan penyanyi dangdut yang cukup terkenal yang sangat kontroversi dengan gaya khasnya dalam berbicara. Alih-alih mau terlihat seperti orang intelektual tapi, disayangkan dia cukup gagal menerapkannya. Cukup layak untuk menjadi seorang pelawak, tetapi disisi lain apakah pernah terpikir bahwa hal-hal yang terlihat sepele seperti itu dapat merusak bahasa kita. Percaya atau tidak, balik lagi kepada anda bagaimana menilainya. Jika dipikir sejenak, Indonesia adalah termasuk orang-orang yang berbudaya latah dalam sisi hal-hal kontroversial dengan kata lain ‘tren’. Beri contoh : smartphone, korean wave, sosial media,bahkan, pernah dengar kata hipster? Yang melabelkan diri mereka dengan anti mainstream atau biasanya dibilang orang-orang yang tidak suka hal-hal umum tapi, disatu sisi mereka secara serempak menyukai hal itu. Seakan-akan ada kriteria untuk menjadi hipster tersebut. Itukah yang disebut anti mainstream sedangkan, mereka lebih condong ke komersialisasi sebuah tren saja. Semua itu hanya contoh kecil saja dan masih banyak lagi jika dijabarkan. Satu hal menjadi tren semua ikut tanpa disaring baik buruknya! Memang mebangun citra diri adalah hak semua manusia, mau dipandang bagaimana mereka ? Mau dikenal seperti apa ? Apa yang merepresentasikan diri mereka ? Sampai-sampai lupa sama mereka sebenernya. Itulah yang terjadi dengan bahasa kita sekarang, sangat beragam. Karena terlalu beragam tidak tahu mana yang asli.