Kecerdasan buatan (AI) telah mendorong inovasi, efisiensi, dan otomatisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di berbagai sektor. Pertumbuhan pasar AI diperkirakan akan mencapai Tingkat Pertumbuhan Tahunan Senyawa (CAGR) sebesar 37,3% dari 2023 hingga 2030, menunjukkan potensi besar teknologi ini. Sebanyak 97% pemilik bisnis meyakini bahwa model AI seperti ChatGPT dapat menguntungkan bisnis mereka, terutama dalam meningkatkan hubungan pelanggan, di mana 60% dari mereka setuju bahwa AI mampu meningkatkan interaksi dengan pelanggan secara signifikan. Selain itu, AI diharapkan menciptakan sekitar 97 juta pekerjaan baru, meskipun ada kekhawatiran mengenai perpindahan tenaga kerja. AI juga diproyeksikan meningkatkan produktivitas, dengan 64% bisnis memperkirakan dampak positif pada operasional mereka. Menurut survei PwC, AI berpotensi menyumbang hingga $15,7 triliun pada ekonomi global pada tahun 2030, mencakup berbagai sektor, mulai dari rantai pasokan hingga penelitian dan pengembangan produk.
Meskipun AI generatif membawa ketidakpastian dalam sektor ketenagakerjaan, ada pula peluang besar yang dihadirkan oleh teknologi ini. Salah satu dampak positif dari AI generatif adalah peningkatan produktivitas. Dengan AI, banyak tugas yang sebelumnya memakan waktu lama dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat. Misalnya, dalam industri media dan hiburan, AI generatif dapat membantu penulis skenario, editor, dan desainer grafis untuk menghasilkan konten yang lebih banyak dan bervariasi dalam waktu yang lebih singkat. AI generatif juga memberikan peluang bagi perusahaan untuk mengotomatisasi pekerjaan yang membosankan dan berulang, sehingga tenaga kerja manusia dapat fokus pada tugas yang lebih bernilai tinggi dan strategis. Di sektor manufaktur, misalnya, AI generatif telah digunakan untuk merancang prototipe produk dengan cepat dan efisien, memungkinkan para insinyur untuk menguji berbagai desain tanpa harus melakukan produksi fisik terlebih dahulu (Sely, 2019).
Di bidang kesehatan, AI generatif juga menawarkan inovasi yang besar. Dengan kemampuan untuk menganalisis data kesehatan dalam jumlah besar, AI dapat membantu dokter dalam membuat diagnosis yang lebih cepat dan akurat. Selain itu, AI dapat membantu dalam pembuatan obat-obatan baru dengan mensimulasikan interaksi antara molekul dan memberikan rekomendasi untuk pengembangan obat. AI generatif telah digunakan untuk menciptakan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa. AI dapat membuat buku teks, artikel, dan video pembelajaran secara otomatis, memungkinkan para pengajar untuk memberikan pembelajaran yang lebih personalisasi. Teknologi ini juga membantu dalam pengembangan platform e-learning yang lebih interaktif dan adaptif (Aini Adzan Nisa et al., 2023).
Meskipun AI generatif menawarkan peluang besar, dampaknya terhadap sektor tenaga kerja menimbulkan kekhawatiran yang serius. Salah satu tantangan utama adalah risiko kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi. Banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, seperti penulisan konten, desain grafis, atau bahkan pekerjaan administratif, kini dapat diambil alih oleh AI generatif. Misalnya, AI telah mampu menghasilkan artikel berita, laporan, dan konten iklan dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada manusia, yang mengancam keberlanjutan pekerjaan di sektor-sektor tersebut. Adanya ketidaksetaraan teknologi juga menimbulkan tantangan baru di dunia kerja. Pekerja yang tidak memiliki keterampilan digital atau kemampuan untuk bekerja dengan teknologi AI akan tertinggal di pasar tenaga kerja. Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang mampu mengadopsi teknologi AI dengan cepat akan mendapatkan keunggulan kompetitif, menciptakan kesenjangan yang lebih besar antara perusahaan besar dan kecil.
Dari sisi etika, penggunaan AI generatif juga menimbulkan pertanyaan mengenai hak cipta dan kepemilikan intelektual. Ketika AI mampu menciptakan karya seni atau tulisan yang mirip dengan buatan manusia, muncul masalah tentang siapa yang memiliki hak atas hasil karya tersebut. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa AI generatif dapat digunakan untuk membuat informasi palsu (deepfake) atau menyebarkan berita bohong, yang dapat merusak kepercayaan publik terhadap media dan informasi. Untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh AI generatif, baik pekerja maupun perusahaan perlu mengembangkan strategi adaptasi yang efektif. Salah satu strategi utama adalah peningkatan keterampilan (upskilling) dan perubahan keterampilan (reskilling) bagi tenaga kerja. Pekerja harus belajar untuk menggunakan teknologi AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti. Misalnya, penulis atau desainer grafis dapat menggunakan AI untuk mengotomatisasi bagian-bagian dari pekerjaan mereka yang bersifat rutin, sehingga mereka dapat lebih fokus pada aspek kreatif dan inovatif dari pekerjaan mereka (Pratama & Mufid, 2023).
Program pelatihan yang berfokus pada keterampilan digital, seperti analisis data, pengembangan AI, dan manajemen proyek teknologi, dapat membantu tenaga kerja tetap relevan di pasar yang semakin digital. Pemerintah juga dapat menciptakan kebijakan yang mendorong adopsi teknologi AI secara inklusif, dengan memastikan bahwa semua segmen masyarakat memiliki akses yang sama terhadap peluang yang dihadirkan oleh revolusi teknologi ini.Di sisi perusahaan, manajemen harus bersikap proaktif dalam mempersiapkan tenaga kerja mereka menghadapi era AI. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan AI dalam proses bisnis, tetapi juga memastikan bahwa pekerja dilibatkan dalam penggunaan teknologi tersebut. Misalnya, perusahaan dapat memberikan pelatihan bagi karyawan untuk menggunakan AI sebagai alat bantu dalam pekerjaan sehari-hari mereka, serta mengembangkan sistem yang memungkinkan kolaborasi antara manusia dan mesin secara harmonis.
Revolusi teknologi AI generatif pada tahun 2024 telah membawa perubahan yang signifikan di berbagai sektor, terutama dalam dunia kerja. Sementara AI menawarkan peluang besar untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, tantangan terkait kehilangan pekerjaan, ketidaksetaraan teknologi, dan masalah etika perlu mendapatkan perhatian serius. Untuk mengatasi tantangan ini, strategi adaptasi yang mencakup upskilling, reskilling, dan adopsi teknologi. Hanya dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa teknologi AI generatif dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kemajuan ekonomi dan sosial, tanpa mengabaikan kesejahteraan tenaga kerja manusia