Mbah Arjo, itulah namanya. Sebuah nama biasa yang sering terdengar di telinga masyarakat Jawa. Mbah Arjo adalah seorang kakek dengan usia 83 tahun yang tinggal di sebuah rumah kecil sederhana bersama istrinya. Dia tinggal di sebuah dusun di Ngepok Kecamatan Semin, Gunung Kidul. Sebuah dusun kecil yang jauh dari jangkauan kota dan keramaian kota. Mbah Arjo merupakan salah seorang saksi sejarah yang masih hidup. Ia mengalami kekejaman para penjajah baik Belanda maupun Jepang. Pahitnya hidup pada jaman penjajahan ia alami saat usianya menginjak sepuluh tahun. Kekejaman para penjajah yang tidak berperikemanusiaan harus ia saksikan dan ia alami. Ia harus melihat ayahnya bekerja secara paksa di bawah tekanan para penguasa pada masa penjajahan. Paitnya kerja paksa ( Romusa) harus ia hadapi bersama orang tuanya. Ia mengatakan bahwa hidup pada jaman penjajahan sangatlah menderita. Hanya demi sehelai pakaian saja mbah Arjo harus mengorbankan satu buah kambing.