Seteguk dua teguk kopi susu saya sruput, sembari selintas terpaksa mendengarkan yang sedang mereka bicarakan, salah satu rekannya menanyakan sebuah tas belanjaan yang baru saja terlihat oleh rekan yang lainnya, Woww... tas baru yah, begitu seloroh ocehan rekan yang sedari tadi memperhatikan tas belanjaan itu, dari sekilas yang saya lihat tas itu bermerek dagang LV, emm saya sangat tahu berapa kisaran harga tas branded itu, karena saya pernah melakukan survey pribadi karena penasaran ingin tahu.
Berapa itu harganya? "teman satunya menanyakan harga kepada teman yang baru saja membeli tas" Murah katanya, lima ribu, (lima puluh juta) *Maaf bersambung, ada urusan mendadak. baik saya lanjut cerita saya ini, setelah yang baru saja membeli tas baru itu memberi tahu harga tasnya, tiba-tiba seorang teman yang lainnya memberikan celotehannya: "kalau gue sih, rugi beli tas mahal-mahal, buat apaan, mending beli tas yang murah cuma buat dipake doank" gumam saya tidak ada istilah rugi, karena kata rugi itu tergantung apa kata kita sendiri, misalkan: orang tadi yang membeli tas seharga lima puluh juta rupiah, jika dia merasa tidak rugi, yah tidak rugi, karena tidak ada keluhan dari yang bersangkutan, beda jika yang bersangkutan membeli sesuatu dan merasa rugi dengan apa yang sudah dibeli. karena kebutuhan dan takaran kepuasan seseorang tidak bisa kita samakan dengan yang lainnya. jadi bisa kita simpulkan bahwa rugi itu tergantung kata kita sendiri dalam konteks kebutuhan pribadi.