Jikalau kita pernah muda di era 80an, jelas Kho Ping Hoo tidak asing bagi kita. Seorang anak bangsa keturunan Tionghoa kelahiran Sragen, Jawa Tengah (1926-1994) ini sanggup menghipnotis para pembaca dengan cerita silat bersambung hingga bisa mencapai ratusan jilid. Meskipun Kho Ping Hoo tidak bisa berbahasa Mandarin sebagaimana kebanyakan keturunan Tionghoa lainnya, namun beliau sanggup mengadopsi latar belakang Tiongkok sebagai bahan cerita. Sekalipun fakta geografis dan historis Tiongkok terkadang tidak sejalan dengan cerita karangan, namun para pembaca tetap membiarkan dirinya larut dalam cerita silat yg dibuat seakan-akan tidak akan pernah habis-habisnya. Cerita terus berjalan dengan pendekar yg membawa pedang atau suling emas atau bahkan bambu untuk mengalahkan musuh-musuh jahat yg disertai dengan pesan psikologi Tionghoa.
KEMBALI KE ARTIKEL