Tanpa kita sadari, sebelum kita memulai aktifitas pagi, sopir angkot terlebih dulu terjaga. Mereka berangkat sebelum adzan Shubuh berkumandang, mencoba mengais rezeki ditengah berbagai macam tekanan karena kebutuhan. Tekanan dari kebutuhan keluarga, tekanan setoran ke juragan, yang sayangnya tekanan membawa keselamatan penumpang yang seringkali mereka abaikan. Kalau waktu sudah mepet, tak jarang mereka kebut-kebutan berebut penumpang. Sampai-sampai bisa gontok-gontokan dengan teman sesama sopir angkot. Namun, kalau waktu lagi senggang, kesantaian mereka ibarat buah rukem/ jirek bagi para penumpangnya. Bisa ngetem berjam-jam, yang pastinya amat-sangat membosankan, dan tentu menjengkelkan bagi penumpang. Kalau diingatkan, paling juga nyahutnya sebentar lagi. Tanpa mereka sadari, bahwa penumpang yang mereka bawa adalah amanah, yang juga tengah mengemban amanah. Pliss deh, pak sopir...
Berbagai tekanan yang muncul membuat sebagian orang memilih sepeda motor sebagai alternatif lain untuk menjalankan aktifitasnya. Maaf yaa pak sopir angkot, kita butuh yang cepet...
Jalan raya sekarang mulai banjir dengan sepeda motor. Ada yang bebek, ada yang matic, ada yang kayak punya Valentino Rossi, ada yang namanya ke-Jepang2an, muacem-macem deh. Ironisnya, banyak pengendara yang belum berusia 17th wara-wiri di jalan raya, biasa pake jalan raya dengan kecepatan SuperSonic, merasa dirinya paling cepat dan hebat, walau kadang helm yang mereka pake kegedean, atau pas lampu merah mereka masih jinjit2 berhenti karena kakinya yang belum sampai (termasuk saya). Benar-benar deh menyimpan cerita sendiri-sendiri.
Berdasarkan pengalaman, memang tidak mengenakkan, namun memang harus dishare agar masalah ini dapat dipahami sebagai PR bersama.
Dengan angkot :
1. Pernah dioper tiga kali karena angkot sepi penumpang
2. Pernah ngetem luama bingit, sehingga perjalanan normal biasanya 1 jam jadi 2,5 jam!
3. Pernah ditarik ongkos 3x lebih mahal sepulang silahturahmi hari Raya Idul Fitri (padahal angkot full penumpang)
4. Pas mengendarai sepeda motor, pernah ditabrak secara halus (bingung istilahnya gimana karena didorong pake angkot) angkot pas jalanan macet. Kondisi bawa anak pula (bikin ilfeel banget!)
Dengan sepeda motor :
1. Pernah dimarahin dan ditantang orang yang nggak jelas karena dia nggak bisa nyalip suami (hello.. kalo mau duluan ya nyalip aja, nggak usah pake marah-marah)
2. Suami pernah jadi korban tabrak lari sama anak berusia 16th, yang ngakunya nggak tahu kalau nabrak suami (aneh.. nabrak kok nggak tahu. orang nyerempet aja kerasa!)
3. Sepeda motor lewat trotoar (Yang jalan kaki dimarah-marahin karena sepeda motor ngga bisa lewat)
4. ABG nyetir sambil SMSan, diingatkan ehhh misuh-misuh
dll dll dll
Banyak contoh lain yang saking banyaknya sampai lupa :D Yang jelas ini PR kita bersama. Baik dari sopir angkot dan pengendara sepeda motor.
Jalan raya bukan milik pribadi, tapi milik bersama. Kalau memang ingin penumpang banyak, ya tingkatkan kualitas pelayanan angkot. Nggak lupa, berdoa sama Yang Mahakuasa, supaya dibukakan pintu rezeki yang berlimpah. Tenang aja, rejeki dan isi dompet nggak bakal tertukar kok. Kalau emang banyak tekornya, coba kalkulasikan dan ingat-ingat kenapa tekor? Semua pekerjaan itu sama-sama berat dan mempunyai porsi untung rugi yang sama kok. Karena tidak ada tiang yang lebih besar daripada pasak. Kalau ada paguyuban yang mengatur semuanya, maka sebaiknya dipatuhi peraturannya. Peraturan dibuat itu BUKAN untuk dilanggar, tapi memudahkan kita berperilaku etis sesuai dengan kaidah dan norma-norma yang berlaku, yang secara tidak langsung juga mengangkat harkat dan kehormatan kita. Sopir angkot yang ugal-ugalan? Hhhhh, pasti didoakan nggak baik deh sama penumpangnya :)
Pengendara sepeda motor juga harus sadar diri. Jalan raya bukanlah arena balapan. Kalau pengen kebut-kebutan, ada baiknya menyewa sirkuit atau arena balap. Atau kalau mau murah meriah, pinjam lapangan saja. Puas-puasin deh kebut2an disitu. Dijamin, nggak ada yang akan melarang. Ada baiknya kita harus bijak membebaskan anak mengendarai kendaraan pribadi. Kita harus bisa memutuskan kapankah waktu yang tepat untuk anak ber-rea reo dengan kendaraan mereka. Memberikan kebebasan kepada anak bukan berarti membebaskan mereka untuk bertingkah laku dan berperilaku sebelum usianya. Tapi memberikan apa yang mereka butuhkan tepat sesuai usia mereka. Buat pengendara yang sudah berusia 17th lebih, ya mbok malu sama kucing kalau mau marah-marah nggak jelas. Semepet-mepet apapun waktu yang tersisa, jangan salahkan orang lain. Tapi salahkan saja diri anda sendiri, kenapa ngga berangkat lebih awal? Kalau nyalip ngga bisa, ya jangan marah-marah. Mbok pliss deh kalau gitu. Belajar nyetir dulu aja yang bener. Lagian, sudah punya SIM belum, kok mau nyalip2 segala?
Mungkin ini sekedar uneg-uneg saja, yang bingung harus dicurahkan kemana selain ke media. Semoga artikel ini bermanfaat, bagi pembaca dan tentu saja bagi saya. Semoga bisa menjadi sebuah pengingat, bagaimana semestinya kita ini berada dijalan, khususnya sebagai sopir angkot dan pengendara sepeda motor