MEMASUKI tahun ketiga pasangan Zaini Abdullah dan Muzakkir Manaf memimpin Aceh, belum banyak perubahan yang dirasakan oleh masyarakat Aceh. Pasangan yang akrab dengan akronim ‘Zikir’ ini lebih banyak memberikan “janji dan harapan” ketimbang realisasi janji yang berjumlah 21 butir ketika mereka berkampanye di masa pemilukada tahun 2012 silam. Kenyataan ini kian diperparah oleh nepotisme Zaini selaku Gubernur Aceh yang banyak menempatkan sanak famili beserta “orang se- daerah” dalam lingkaran pemerintahan yang ia pimpin. Nuansa etno-sentris ini dianggap bagaikan “angin lalu” tatkala ada pihak yang memberikan masukan atau pun kritikan.