16 Mei 2015 05:45Diperbarui: 17 Juni 2015 06:561213
Rendahnya dana Riset dan Penelitian. Dalam upaya menggenjot kemampuaan dalam negeri di sektor migas adalah pengembangan dan pencarian lapangan baru. Industri migas adalah industri yang sarat akan disiplin ilmu teori dan ilmu terapan. Geologi, seismik, dan berbagai disiplin lainnya. Saat ini dana untuk riset tak lebih dari 1% GDP. Kurang dari 1% nilai APBN . Hanya pada kisaran 0,08% atau senilai Rp 20 Trilyun. Angka ini kalah jauh dengan nilai riset yang dimiliki negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
Kalah bersaingnya Industri Supply Chain dalam negeri . Industri migas sangat tergantung pada industri rantai suplai yang nilainya mencapai 70% dari total biaya keseluruhan eksplorasi dan eksploitasi. Kemampuan industri migas sangat ditentukan oleh oleh industri rantai suplai. Multiplier effek industri migas berada pada industri rantai suplai. Kemampuan daerah bisa dimanfaatkan pada sektor ini agar kehadiran industri migas disuatu daerah bisa mengembangkan potensi ekonomi daerah tersebut. Maka perlu dikaji agar daerah mampu mengembangkan industri rantai suplai kebutuhan industri migas. Sehingga geliat ekonomi bisa dirasakan masyarakat sekitar ladang migas.
Insentif dan Regulasi Perlindungan.Perusahaan migas dalam negeri di Indonesia memang tidak sebesar perusahaan migas asing yang telah mapan dan kuat. Pertamina sendiri diakui masih kalah dengan perusahaan nasional Malaysia seperti Petronas. Maka pemerintah perlu memberikan hak khusus berupa insentif dan regulasi. Penunjukan Pertamina untuk mengelola Blok Mahakam adalah salah satu langkah penting dan strategis agar Pertamina mampu mengelola lapangan potensial yang telah terbukti.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.