Dalam konteks teori, filsafat Pendidikan Pancasila didasarkan pada empat pilar utama yang terkandung dalam Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan keadilan sosial. Filsafat ini menekankan pentingnya pendidikan yang holistik, yang tidak hanya berfokus pada pengembangan intelektual, tetapi juga membentuk karakter, moralitas, dan nilai-nilai sosial yang sesuai dengan semangat Pancasila. Pendidikan Pancasila diharapkan dapat menciptakan warga negara yang berakhlak mulia, berjiwa sosial tinggi, dan memiliki rasa cinta tanah air.
Secara praktis, implementasi filsafat Pendidikan Pancasila di Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai kebijakan pendidikan. Misalnya, dalam kurikulum 2013, Pancasila dijadikan sebagai mata pelajaran yang diintegrasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu. Tujuannya adalah agar setiap peserta didik tidak hanya memahami nilai-nilai Pancasila dalam teori, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini juga menekankan pada penguatan karakter melalui pendekatan pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.
Salah satu tantangan utama dalam penerapan filsafat Pendidikan Pancasila adalah keberagaman budaya dan latar belakang sosial-ekonomi peserta didik. Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural, pengajaran Pancasila harus mampu mengakomodasi perbedaan tanpa mengurangi nilai universal yang terkandung dalam Pancasila. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila harus dilakukan dengan pendekatan yang inklusif dan menghargai perbedaan, sambil tetap menjaga kesatuan bangsa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ditemukan bahwa implementasi pendidikan Pancasila di sekolah-sekolah Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, namun masih terdapat beberapa kendala. Sebagian besar guru mengaku kesulitan dalam menyampaikan materi Pancasila yang bersifat abstrak dan kompleks kepada siswa. Selain itu, ada pula perbedaan persepsi mengenai relevansi materi Pancasila di kalangan peserta didik, terutama di daerah urban yang lebih terbuka terhadap pengaruh budaya global.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menunjukkan bahwa pendidikan Pancasila yang diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat meningkatkan rasa kebangsaan dan kepedulian sosial. Para siswa yang terlibat dalam kegiatan yang berbasis pada nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan kegiatan sosial, cenderung memiliki sikap yang lebih positif terhadap sesama dan lingkungan sekitar. Ini menunjukkan bahwa pendidikan Pancasila dapat berfungsi sebagai alat untuk membentuk karakter bangsa yang lebih baik.
Namun, meskipun ada peningkatan dalam pemahaman dan penerapan nilai Pancasila, masih ada kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan. Beberapa penelitian menemukan bahwa pengajaran Pancasila sering kali terbatas pada hafalan teks dan tidak cukup membahas aplikasinya dalam konteks sosial dan budaya yang lebih luas. Oleh karena itu, perlu ada inovasi dalam metode pengajaran yang lebih kontekstual dan berbasis pada pengalaman nyata agar siswa benar-benar merasakan dampak positif dari nilai-nilai Pancasila.
Akhirnya, dalam rangka mengoptimalkan filsafat Pendidikan Pancasila, diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan keluarga. Setiap elemen harus saling mendukung untuk mewujudkan pendidikan yang tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter bangsa yang mampu menghadapi tantangan global, sambil tetap menjaga identitas dan integritas nasional berdasarkan nilai-nilai Pancasila.