Tradisi mudik adalah bentuk kesadaran seseorang terhadap asal-usul, keluarga dan tanah kelahiran. Jadi sifatnya universal. Alhasil, fenomena mudik bukan semata milik Indonesia. Di Amerika Serikat tradisi mudik terjadi tiap jelang perayaan Thanksgiving Day. Di China masyarakat berduyun-duyun pulang kampung pada saat perayaan Gong Xi Fa Choi. Serupa di China, masyarakat Korea melakukan ritual mudik pada perayaan Lunar Year. Di negeri jiran deket Sumatera, tradisi mudik dikenal dengan nama “balik kampong”.
Bagi kita, kaum muslim tradisi mudik tak lepas dari nilai dan makna religi. Mudik dianggap sebagai etika sakral kembalinya kita pada sisi kemanusiaan otentik, yakni menghargai keberagaman secara nyata. Acara mudik yang dijalankan serangkaian dengan ibadah puasa, bayar zakat fitrah, dan Salat Ied merupakan ekspresi spiritual yang seyogianya bisa memulangkan kita pada semangat mempertahankan keharmonisan. Dengan semangat kepulangan ini semoga ke depan kita tak lagi menemukan tokoh agama yang karena dukungannya kepada seseorang mengeluarkan pernyataan berbau SARA. Saat diperiksa Panwaslu kita saksikan ia pun berurai air mata. Padahal kita tahu, ia adalah juga pemain sandiwara. Wallahu a’lam.