Siapa yang tidak ingin merayakan lebaran di kampung bersama keluarga dan family. Pada dasarnya sebagai perantau pasti mendambakan momen sekali setahun tersebut. Namun hendaknya sesekali kita harus berfikir luas agar mempunyai kesadaran tentang situasi dan keadaan saat ini.
Pemerintah mengeluarkan larangan untuk mudik atau pulang kampung. Lantas bagaimana dengan mereka yang mengadu nasib atau bekerja di perantauan yang sudah tak lagi bekerja?
Meski kebijakan larangan mudik dibuat pemerintah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 seakan tidak menyurutkan niat bagi sebagian perantau untuk tetap pulang kampung. Keputusan yang membuat siapapun yang hidup di perantauan merasa keberatan.
Memang ada pengecualian dan kelonggaran bagi mereka yang dalam keadaan darurat. Namun tidak sedikit juga mereka yang sebenarnya 'hanya ingin pulang' dan tetap melakukan berbagai cara bagaimana bisa sampai di kampung asal mereka.
Berbeda bagi para buruh harian lepas yang tempat di mana mereka bekerja telah tutup atau kena PHK. Sebagian lainya pedagang kecil yang pendapatanya tak sebanding dengan kebutuhan harian yang mereka keluarkan hingga terpaksa ambil langkah untuk kembali ke daerah asal.
Saya tidak bisa membayangkan mereka yang sudah tak lagi mendaptkan penghasilan harus bertahan di perantauan. Terlebih mereka bersama keluarga dengan menyewa kontrakan, makan sehari-sehari, dan kebutuhan-kebutuhan lainya.