ada kebinatangan sampai tunduk, akhirnya menetes rupiah pada lendir jahat
drama elok panggung maksiat
menghibur yang pilu, menyemukan peliknya kehidupan
menjadi realita kenikmatan bagi kaum kuasa
perempuan purba yang menteteki kambing jantannya pun mengomel karena lumbung hinanya menguap dendam
disuruhnya sinup kencur melahat semua lelaki yang dibelainya
aku gagap dalam dunia hingar bingar
aku merasa malu
aku laki-laki namun bertangan halus
dijabatnya engkau penuh duri bekas keramat
siapa wanita? seperti apakah perempuan?
yang menjadi tanah meredam ganasnya hujan
yang memeluk setiap langit erat dan hamparan kejiwanya
tidak sepi matanya meski dirundung hinaan yang menderu