Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Perayaan HPI ke-101 “Ratusan TKW di Hong Kong SerukanTolak Kenaikan Harga BBM dan Tuntut Kenaikan Upah Meskipun di Bawah Guyuran Hujan”

12 Maret 2012   09:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:10 117 1
Mereka mengepalkan tangan dan menyerukan yel yel “SBY-Budiono, rezim anti rakyat. Rezim penjual perempuan dan penindas buruh migran”. Minggu (11/3) di Hennessy Road, Causeway Bay. Sekitar 450 orang buruh migran perempuan Indonesia atau yang dikerap dikenal dengan TKW berkumpul mempersiapkan diri untuk menggelar orasi dalam rangka perayaan hari Perempuan Internasional (HPI) yang ke-101 kali ini. Koordinator utama orasi ini adalah Aliansi BMI-HK Cabut UUPPTKILN No. 39/2004.

Tepat pukul 12.35 siang, massa mulai bearak menuju Leighton Road dan bebaris rapi didepan gedung konsulat Indonesiadi Hong kong. Hujan semakin deras tidak satupun dari mereka meninggalkan barisan. Dalam pidato politiknya Ganika selaku juru bicara Aliansi Cabut UU No.39/2004, mengatakan bahwa rakyat semakin sengsara dibawah kepemimpinan SBY. “Dua kali terpilih jadi presiden tidak satupun kebijakan yang dikeluarkan SBY murni untuk kepentingan rakyat. ini sudah ketiga kalinya dia menaikan harga BBM dan tentunya beban rakyat bertambah” jalasnya. “ SBY lebih mementingkan kepentingan Amerika dibanding membantu rakyatnya, terbukti selama SBY memimpin tercatat ribuan korban kekerasan aparat polisi dalam persengketaan tanah dan lain- lain” dia juga menjelaskan kenaikan harga BBM ini berdampak pada BMI/ TKW di luar negri” gaji PRT asing di Hong Kong hanya HK$3740,- per bulan. mereka harus membayar biaya agen 21 juta belum lagi untuk kebutuhan hidup mereka sehari – hari dan harus mengirimkan uang untuk keluarga di tanah air. Jadi tidak heran jika banyak dari BMI/TKW harus terjebak dengan hutang di rentenir atau bank perkreditan, kalau pemerintahan ini berikitikad baik maka diturunkan biaya penempatan dan memberikan perlindungan gratis” serunya saat mengakiri pidato politiknya.

Juru bicara lainya, Sringatin mengatakan pemerintah masih menganggap perempuan ini lemah, bodoh dan tidak mampu. Pelarangan kontrak mandiri ini adalah bukti nyata tegasnya. Dia menjelaskan juga bahaw pemerintah hanya bisa memanfaatkan perempuan demi mengeruk keuntungan devisa negara “ Pemerintah hanya memikirkan bagaimana cara menempatkan BMI/TKW yang mayoritas dari perempuan desa, jauh dari tehnologi tanpa pemerintah berpikir bagaimana meningkatkan kemampuan mereka tapi malah memanfaatkan kebodohan rakyat untuk keuntungan yang besar”. Sring menambahkan jika kali ini tidak hanya aksi di depan KJRI-HK saja setelah program selesai orasi akan dilanjutkan ke Central Government Office (GGO) untuk menuntut kenaikan upah. Sebelum Sring menutup program dia menyampaikan rasa salutnya terhadap semangat juang perempuan yang selalu terlupakan oleh pemerintah dan masyarakat bahwa perempuan juga ambil bagian dalam masa perjuangan merebut kemerdekaan. Jangankan air hujan pelurupun tidak akan melunturkan semangat juang perempuan.

Beberapa organisasi lokal Hong Kong seperti Left21, socialist dan anggota legislative Hong Kong Long Hair juga ikut mendukung aksi di depan Konsulat Indonesia di Hong Kong. Tepat pukul 02.00 siang para demontran berbondong – bondong meninggalkan KJRI menuju ke gedung pemerintahan Hong kong untuk menuntut upah HK$4000 per bulan. Disepanjang jalan mereka menyanyikan lagu progresif dan meneriakan yel – yel. Mereka tetap terlihat semangat meskipun masih hujan dengan suhu udara hanya 15 derajat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun