Konflik bermula saat ketiga anak Pak Domu dan Mak Domu diminta pulang untuk mengikuti upacara adat sulang-sulang pahompu di kampung halaman mereka. Dan tentu saja, permintaan pulang ini dibarengi oleh rasa rindu Mak Domu pada ketiga anak laki-lakinya. Namun, karena selama ini ketiga anak mereka memiliki hubungan yang kurang baik dengan Pak Domu, maka ketiganya menolak untuk pulang.
Akhirnya Pak Domu dan Mak Domu membuat sebuah skenario. Mereka berdua pura-pura bertengkar dan akan bercerai. Hal yang sangat mustahil bagi orang Batak apalagi bagi pemeluk agama Kristen. Sebab dalam agama Kristen perceraian adalah sesuatu yang sangat dimurkai Tuhan. Dan pula, keluarga Pak Domu merupakan keluarga panutan yang sering dipuji- puji oleh teman-teman Pak Domu, juga oleh Bapak Pendeta.
Masalah semakin besar, saat Pak Domu mengetahui bahwa anak pertamanya Domu akan menikah dengan gadis dari suku Sunda. Belum lagi Gabe yang sarjana tapi lebih tertarik menjadi komedian. Sahat yang tidak mau pulang karena setelah lulus sarjana, lebih senang mengabdi di sebuah desa di Jawa Tengah. Sarma yang putus dengan pacarnya bukan karena ketidakcocokan. Tapi semata-mata karena patuh pada Pak Domu yang menginginkan pernikahan sesuku.
Film yang menonjolkan keindahan Danau Toba dari Bukit Holbung, semakin menarik dengan adanya sountrack lagu Batak yang diaransemen oleh Viky Sianipar. Siapa yang tak kenal Viky? Salah satu musisi Batak yang sudah mendunia. Bagaimana? Penasaran bukan? Pastikan kamu sudah menontonnya ya! Dijamin, jiwamu akan segar kembali.